Senin, 04 Agustus 2014

Aku Mencintaimu

Hingga detik ini, berapa kali lisan ini telah mengiris hatimu? Entah...
Apakah hati ini begitu keras? Atau ego ini yg tak mau mengalah?
Sampai hari ini, aku masih bertanya apada diriku 'orang seperti apa lagi yg bisa menaklukkan hatimu?
Orang sehebat apa lagi yg bisa meluluhlantahkan egomu?
Saat ia lembut kau melunjak, saat ia keras kau menitikkan air mata. Lalu maumu apa??
Sadarkah kau, kepadanya lah kini seluruh hidupmu dan ketaatanmu berlimpah.
Kau tak bisa mengelak dari itu. Jika kau ingin berlepas, kenapa kau mulai?
Duhai diri yg telah kehilangan manisnya iman, sadarlah siapa dirimu bagi Allah. Tidakkah cukup kecintaan kalian krn Allah menghancurkan egomu? Knpa lisanmu begitu kasar dan kerap menyakitinya?
Jika tiadalah kata maaf darinya, kau akan dilaknat oleh malaikat. Kau akan dikutuk oleh bidadari syurga yg merindukannya dan mencintainya. Sementara kau??? Man anti?? Siapa kamu????

Yaa Allah, maafkan diri yg dhoif ini telah menyiakan al-faruq itu. Dialah segalanya kini dlm hidup hamba. Dia seorang nakhoda yg baik. Yg tlh paham medan dan samudera luas. Belajarlah bersabar, ikhlas, dan belajarlah memahaminya. Dengarkan ia dan penuhilah setiap kebutuhannya.

Aku mencintaimu suamiku Anggara :)

With Love

Khanza

Sabtu, 10 Mei 2014

Titik Embun

Embun itu kamu....
Menyejukkan, menenangkan dan mendamaikan hatiku....
Sampai kapan pun, sudah kukatakan aku tak mampu merangkai kata.
Aku akan selalu diam dan mendengarkanmu jika aku salah. Aku tak lagi mau membantah, karena aku khawatir jika kemarahanku karena ego bukan atas landasan yang benar.

Suatu saat, aku akn belajar bisa berbicara di depanmu. Sehingga aku bisa mengeluarkan semua isi hatiku di depanmu. Tanpa kamu harus membaca tulisanku. Mungkin, lebih menyakitkan bagimu jika tak mendengarnya langsung. Untuk saat ini, kumohon pahami aku dan bersabarlah dengan sikapku.

Jika disebut manusiawi, aku pun tak berani menyatakan begitu. Karena, seharusnya aku bisa lebih bijak bicara. Hanya saja, sekarang kondisi hatiku benar2 sedang tidak nyaman. Apa ini ujian? Aku jg tak berani selantang itu berujar.

Setidaknya, biarlah aku berpikir lebih matang. Memang, semua ini keputusan dan pilihanku. Tapi, tak bisa kupungkiri jika aku lakukan semua ini karena pertimbangan yg benar2 diluar logikaku sbg hamba. Semoga Allah mengampuniku jika kamu merasa tersakiti dalam kondisi ini.

Aku hanya berharap pada Allah, agar Dia menjagaku dari kecamuk hati yg erat2 kusimpan. Semuanya terlambat, bahkan saat belum dimulai sekalipun.

Doakan aku, suatu saat aku bisa berubah, aku bisa kembali menjadi diriku yang dulu. Fokus dan serius pd satu hati saja. Aku tahu ini tak pantas, tp ini hanya sementara.

Hamba-Nya yg Dhoif

SDK, 10 Mei 2014
11.22 WIB


Jumat, 09 Mei 2014

Aku Malu...Jika....

Detik ini tak akan pernah berhenti. Ia akan terus bergulir seiring dengan perintah sang penciptannya. Namun, manusia selalu merenung, apa yang akan ia isi untuk kehidupan ini?

Kadang, batinku meronta akan dunia yang kian pengap. Kadang teriakanku ingin kupecah tumpahkan agar dunia tahu betapa bejatnya moral manusia tanpa aturan-Nya.

Ya, jika semua diam, siapa yang akan menyuarakan kebenenaran? Jika semua orang saling dorong dan melemparkan kewajiban pada orang lain, mau sampai kapan?

Sementara, tangan-tangan para penjajah dunia. Lisan-lisan para pemburu kenikmatan dunia gencar memberangus tiap derap langkah yang coba lepaskan dunia dari cengkraman ganasnya.

Kawan, bagaimana aku bisa duduk bersila, bagaimana aku bisa tertawa riang? Tidaklah berarti penyesalan di hari esok. Bahkan saat kita ditanya, "Apa yang telah kalian (kaum muslimin) lakukan saat hamba-hambaku di Suriah, Palestina, Rohingya, menjerit meminta pertolongan pada kalian?" Apa yang akan kita jawab?

Kawan, cukuplah sudah sandiwara demokrasi itu sebagai bukti agar kita berhenti menjadi bagiannya. Tidakkah kita malu pada Allah dan Rasulullah?

Sungguh, aku malu...jika jalan perjuanganku tak ubahnya hanya makin menancapkan penjajahan ide-ide kufur di bumi Allah.

Ya, walau hanya sedikit saja yang ku sampaikan, walau dengan sedikit saja lisanku ini menyuarakan. Tapi, setidaknya aku bangga menjadi muslim kaaffah yang berjuang untuk tegaknya syariah dan khilafah....

Allahu a'lam bishawab :)

:: Sidikalang, 09 Mei 2014
  

Tepian Hati

Mungkin...dia memang salah satu doa yg selalu kupanjatkan ditiap sujudku. Bagaimana pun kondisinya, dan seperti apa pun dia, tentunya dia adalah seseorang yang Allah kirimkan untukku. Untuk menundukkan egoku, untuk meluluhkan emosiku, dan agar aku tak membusungkan dadaku pada manusia atas anugerah yang dikaruniakan-Nya.

Mungkin, di dalamnya lubuk hatiku ini masih mencari sosok yang pantas. Tapi, sungguh pantas menurutku itu tak serupa dengan pantas yang dimaksudkan Allah. Sebagai hamba-Nya aku hanya meminta agar apa yang ada di hadapku sekarang adalah hadiah yang memang menyimpan segenap ketaatannya untukku.

Aku...sampai kapan pun takkan mampu merangkai indahnya kata untuk menyenangkannya. Lagi pula, aku hanya memiliki sedikit saja ilmu untuk mampu memposisikannya di tempat yang layak. Aku kadang berpikir, mana mungkin aku sanggup berjalan sendiri. Tapi, aku kembali teringat, bukankah Allah itu selalu bersama hamba-Nya yang taat pada-Nya?

Yaa...kugantungkan harapanku sepenuhnya pada Allah. Allah pemilik nyawa dan jiwaku ini. Allah, tolong aku agar aku mampu berjiwa besar, ridho dengan ketetapan-Mu dan memaafkan siapa pun yang menyakiti hatiku. Agar lisanku yang hina ini tak dengan sembarang menghardik orang lain. Siapa aku ya Allah jika tanpa-Mu....

Tepian Hatiku...mungkin ada deret waktu yang diisi oleh sosok istimewa, tapi bukan yang akan menggenapkan separuh hidupnya untukku. Yaa...begitula skenario Allah. Manusia hanya punya dua cara untuk berterima kasih pada Allah, sabar dan syukur.

Perindag
10.54 wib on 09 Mei 2014

Selasa, 18 Maret 2014

Musim Semi

Cerita kita terus bergulir, dari titik gelap, remang, hingga jelas benderang. Beberapa waktu berlalu, silih bergantinya topik pertengkaran, dan akhirnya kita sejalan, searah, sevisi dan setujuan. Apa ekspresiku? SENANG!!!

Sebenarnya berserak makna yg ingin terungkap, namun cukuplah kami saja yang tahu. Kelak, kisah itu ada tergoreskan di lembaran indah yang tengah dirangkainya. Inilah musim semi cinta kami :D

Sudaaah, itu sajaaa!!!

Medan, 18 Maret 2014