Aku
bukan bidadari pemilik jagatraya
Pun
bukan permaisuri yang bertahta di
singgasana
Hatiku tak selembut sutra
Lisanku
tak memukau yang meghipnotismu
Aku
tak
Ku
hanya berusaha mengikuti jejak mereka
Kala
langit berwarna tembikar, keras dan kusam
Sang
Khaliq kerap melukis harap dalam bayangku
Sesosok
yang telah dijanjikan-Nya
Entah
siapa dia, aku tak tahu dan tak akan mau tahu
Sampai
dipertemukan di mitsaqon ghaliza
Dan
kini ku impikan pada rasa yang padat
Bukan
sebuah pelarian atau hujatan
Tapi
merajut mimpi baru
Untuk
sebuah mahligai yang diridhoi-Nya
Ku
tak menggenggam setitik dendam pun
Padamu
yang mengabaikan harapku
Berlabuhlah
dihati yang kau terpaut akannya
Sebab
mungkin bahagiamu adalah senyumnya
Aku…
Sampai
kapanpun tak akan memikirkannya
Dia
juga tak perlu memikirkanku
Tapi
kau…sosokmu
Tak
jengahkah menghantui malam-malamku?
Tak puaskah telah menyibak tabir hidupku?
Tak puaskah telah menyibak tabir hidupku?
Enyahlah…bungkam
kisah kita
Dia…
Ya,
sosoknya yang berkelebat di benakku
Dia
yang akan coba menata pelangi hatiku
Menuturkan
bahasa cinta
Tak
dengan hardikan
Pun
makian nan meluluhlantahkan harap
Ia
hadir dengan kata “Ijab qabul!