Ternyata pertemuan
singkat itu cukup membekas. Kata mereka, pertemuan tak bisa diulang persis
dengan kejadian yang sama. Kalaupun akan bertemu pasti dengan suasana yang
berbeda lagi. Mungkin ada benarnya juga. Tapi satu keyakinanku bahwa kehadiran
sosok itu telah membolak-balikkan pemikiranku.
Aku tak bisa membayangkan
jika saja ia tak pernah hadir dalam episode hidupku. Begitu singkatkah
pertemuan itu? apa aku masih bisa bertemu dengannya lagi? Jarak yang begitu
jauh telah memisahkan kami.
Ree…itu nama yang telah
memberi warna baru dalam celah hidupku. Dia hadir saat ku haus ilmu. Hadirnya
menyejukkan jiwaku yang kerontang dari rahmat-Nya. Aku masih terpaku. Ku baru
menyadari setelah ia pergi. Siapa yang merencanakan pertemuan ini? Batinku.
Sungguh tiada kata yang terindah untuk ku tengadahkan sebagai wujud syukurku.
Ada detik yang tak mampu
kuputar kembali. Itulah pertemuanku dengan Ree. Kehadirannya bak malaikat kecil
dalam hidupku. Sosoknya tak secantik bidadari kahyangan. Ia juga tak selembut
sutra. Tutur katanya tak mendayu-dayu. Tapi hadirnya seperti sosok monster yang
tegas. Ia tak berlemah lembut dengan kemaksiatan. Kata-katanya lantang
mengungkapkan kebenaran.
Ada benang kusut yang tak
mampu ku urai. Itulah masalahku yang telah terpecahkan olehnya. Kebisuanku
menyibak kelamnya hatiku dari kasih-Nya. Tapi tunggu, kemana malaikat itu?
kenapa dia tiba-tiba menghilang? Apakah tiada deretan waktu lagi yang bisa
mempertemukanku dengannya? Ahh…ku hanya berangan-angan kosong.
Segera ku raih secarik
kertas di meja belajarku. Kutuliskan puisi untuknya. Ku berharap ia hadir dalam
bayangku. Agar kalbuku tersirami kekatanya yang menggugah.
Malaikat Kecil
Pesonamu
indah
Hadirmu
menyibak tabir hidupku
Auramu
memancarkan cahaya iman
Membidik
setiap sisi gelap hidupku
Bilakah
aku bisa sepertimu?
Ahh…ku
tak ingin bermain dalam gelap
Sebab
gelap telah membutakanku
Buta
dari manisnya iman
Ku
butuh sinar-Mu
Percikannya
menyambarku dari lisannya
Malaikat
kecil…
Ku
ingin kembali berdiri kokoh
Tegap
Menantang
Sepertimu
malaikat kecil nan ajaib
______the end______
Walau waktu tak akan
pernah kembali. Ku tahu ia akan terus bersinar untuk semua orang. Jika lisannya
mampu mengubah warna hidupku. Sungguh di belahan bumi yang lain ia akan
mendobrak pemikiran yang kian bercokol. Ia sirami dengan cahaya iman.
Hari-hari yang ku jalani
terasa indah dan lebih berarti. Tak pernah kurasakan sebelumnya nikmat hidup
yang seperti ini. Malaikat kecilku, dimanapun keberadaanmu tetaplah menjadi
penerang.
Aku tak ingin mengulang
benang kusut yang telah terurai olehmu. Sebab hidup adalah sebuah perjuangan,
begitu tuturmu. Perjuangan menjemput kemuliaan, kemenangan, dan puncak
kesejahteraan.
Aku ingin menjadi karang
yang selalu tegar dihempas ombak. Aku ingin menjadi mawar yang tak mudah
disentuh. Aku ingin menjadi kupu-kupu yang bertahan dan konsisten
bermetamorfosis walau harus menunggu lama. Tapi perlahan aku memang akan
menebar keindahan bagi semua. Aku akan menyebar benang sari bagi putik yang tak
mampu bergerak. Aku akan menghiasi taman dengan kepakan sayap indahku.
Begitulah hasil perjuanganku kelak mampu mewarnai dunia. (AL Khanza Demolisher)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar