Jumat, 27 Juli 2012

SKENARIO LANGIT


SKENARIO LANGIT
Semua ada saatnya. Apa yang terjadi merupakan kumpulan episode dalam naskah kehidupan yang telah di gariskan. Yakinlah setiap sesi ada saatnya dan akan terjadi tepat pada waktunya. Sebuah senyuman, canda, tawa, kebahagiaan yang tercipta, kesedihan yang mendera pasti ada waktunya. Sebuah pertemuan, perpisahan dan perjumpaan kembali tidak luput dari kuasa sang Sutradara (Allah swt).
Dan inilah saatnya…
Sang sutradara menitahkan langit, menggariskan pertemuan dan mengikat kami dalam bingkai suci pernikahan.. ikatan yang menguatkan perjuangan.
Karena Inilah jalan cinta kami…
Kokohkan ikatan ini di jalan perjuangan. Izinkan kami melahirkan generasi para syuhada. Dan pertemukanlah kami pada suatu masa yang kami yakini akan Niscaya, masa dimana PanjiMu telah berkibar dengan gagahnya, masa dimana hukumMu diterapkan dengan Sempurna, masa dimana Khilafah Rasyidah yang Kau janjikan tegak menjadi mercusuar dunia. Disinilah kami di pertemukan, dijalan cinta para pejuang.”
Ku tuliskan asa ini di penghujung malam, waktu dimana Sang Rabb begitu dekat dengan si Hamba. Ku tuliskan dengan penuh harapan, bahwa keputusan ini karena iman, bukan karena dorongan syeitan tapi karena aku tidak ingin mati dalam keadaan tak lengkap Dien ini..
Ya Allah sang pemilik hati, ku sandarkan kehidupanku atas keputusanMu. Ku hadapkan wajahku dalam meminta padaMu, perkenankanlah pilihan hatiku sebagai petunjuk dari Mu. Telah ku pilih dia sebagai pendampingku..Calon ayah dari Mujahid-MujahidahMu.
Yaa Rabb…Skenario langit tengah berjalan…
Dengan kami sebagai pemain utama dalam kisah yang diperankan, ada haru, ada kesedihan, ada harapan dan tak luput  rasa syukur yang teramat dalam bercampur menjadi satu dalam arti kebahagiaan.
Allahku, skenarioMu sungguh indah dan berjalan sempurna. Seandainya kau tampakkan penghuni langit pada dunia, maka bergetarlah hati kami menyaksikan, betapa agung kuasaMu karena pada saat itu bersahut-sahutan nama-Mu ditasbihkan. Jika kau perlihatkan penghuni syurga pada dunia mungkin saat  ini mereka tengah dilanda kecemburuan. Karena pada hari ini kami telah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan, dengan meletakkan ketaatan  pada Engkau Rabb penggenggam kehidupan, yang Kau janjikan mendapat mimbar-mimbar Cahaya di syurga, sebagai wujud ketakwaan, Subhanallah.
“Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mibar dari cahaya, yang diatasnya terdapat suatu kaum yang menggunakan pakaian dari cahaya. Wajah mereka bercahaya. Mereka itu bukan Nabi dan juga bukan syuhada. Akan tetapi para nabi dan syuhada tertegun (merasa iri) kepada mereka sehingga mereka berkata, ‘ Wahai Rasulullah, tolong beritahu siapa gerangan mereka itu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang saling menjalin cinta kasih karena Allah, saling bermajelis (duduk memikirkan sesuatu) karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah semata.“ (HR. an-Nasa’I dalam sunan Al-kubro).
Rabb penggenggam jiwa. Tak kuasa hamba meneteskan air mata, sungguh “NikmatMu yang mana yang kan hamba dustakan?? Andaikan seluruh lautan Engkau jadikan tinta dan pepohonan sebagai penanya, tak mampu hamba menuliskan betapa besar nikmat yang Engkau berikan pada kami yang Faqir ini. Tiada kata yang mampu menggambarkan betapa bahagianya kami hari ini, kebahagiaan yang dirasakan oleh semua makhlukMu yang beriman, karena satu lagi pasangan yang berAzzam membangun Rumah Tangga sebagai pengokoh  perjuangan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Rûm [30]: 21)
Ya Allah jika Engkau izinkan, jadikan pasangan kami sebagai penguat keimanan, di saat hantaman ujian melanda. Jadikan pasangan kami sebagai penguat perjuangan, di kala letih menerpa, dan jadikan pasangan kami sebagai penunjuk jalan menuju syurga. Satukanlah kami dalam cinta padaMu, satukanlah kami dalam taat padaMu, persatukanlah kami di dalam JannahMu.. Amin.
“Menikah adalah sunahku, maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunahku, ia bukan termasuk golonganku. Menikahlah, karena aku akan membanggakan jumlahmu yang banyak di hari akhir nanti” (HR. Ibnu Majah)

“Ada tiga golongan yang berhak di tolong oleh Allah SWT : seorang Mujahid dijalan Allah, Mukatab (budak yang membeli dirinya dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya, dan orang yang menikah karena menjauhkan diri dari yang haram” (HR. Tirmidzi)  
Bismillah…nama Allah kembali ku lisankan, sebagai awal dari tulisan. Sebuah keputusan besar sudah ku mantapkan, keputusan yang akan membawa pada perubahan status dan peran bahkan hak dan kewajiban. Tentang  sebuah keputusan yang akan merubah hidupku, pelengkap dan penyempurna dien dan perjuanganku Inshallah J.
Demi Allah yang jiwa ku ada dalam genggaman-Nya, waktu hidup dan matiku ada dalam kuasaNya. Keputusanku untuk menikah di usia muda, bukan keputusan yang tergesa-gesa tapi karena ingin bersegera. Jelas sekali perbedaan antara keduanya, tergesa-gesa cenderung tanpa persiapan dan hanya bermodalkan nafsu dalam memutuskan. Sedangkan bersegera adalah tindakan karena pemahaman dan berbekal kesadaran. Dan kesadaran akan tujuan dari segala tujuan dalam pernikahan adalah untuk mendapatkan salah satu pintu untuk meraih keRidhoan Allah yaitu keRidhoan suami yang karenanya Allah pun Ridha pada sang Isteri. Dan pernikahan adalah salah satu sunah Rasul yang utama, karena ku tidak ingin mati dalam keadaan tak lengkap Dien ini.
Hehe…awalnya aku merasa masih sangat muda untuk bersegera merajut pernikahan, tapi ternyata “ge-er ku” terbantahkan oleh sahabat Rasulullah Zaid Bin Tsabit yang menikah saat berumur 12 tahun dan Usamah bin Zaid yang telah  menikah dengan  Fatimah binti Qais  di usia  16 tahun. Atau sosok Shahabiyahnya adalah si cerdas Ummul Mukminin Aisyah ra dan anak yang menjadi Ibu bagi ayahnya Fatimah Az Zahra ra yang menikah pada umur yang sangat belia, malu rasanya karena ternyata kami sudah terlalu Uzur untuk di sebut sebagi pasangan muda ^_^ .

Pesan dan ungkapan hati ini, ku tujukan pada seseorang…J
Untuk Sang Suami yang telah Allah halalkan untuk ku…
Terimakasih karena engkau telah memilihku diantara ribuan bidadari dunia yang ada di luar sana. Padahal aku hanya wanita biasa yang minim agama, bukan dari keturunan terpandang dan keluarga berada juga tidak secantik sosok fiksi Anna Althafunnisa yang di idam-idamkan kaum pria. Tak sesempurna Khadijah binti Khuwailid J
Kepada engkau yang akan menjadi pendampingku...
Dengan segala keterbatasanku sebagai seorang hamba, awalnya aku masih wanita yang asing bagimu.  Terangkanlah apa-apa yang tidak ku mengerti tentangmu agar aku memahami apa yang tidak membuat mu Ridha padaku, dan pasti akan ku jauhkan dari pandanganmu.
Kepada engkau yang kan menjadi nahkoda dalam perjalanan menuju syurga..
Ketahuilah.. aku bukan sosok Khadijah yang sabar, tabah dan pendamping sempurna dalam menghadapi kerasnya kehidupan.. ada kalanya aku bersikap kekanak-kanakan dan tidak sabaran, bahkan mengeluh dengan keadaan. Maka bila itu terjadi pahami lah aku, tetaplah tersenyum padaku, jadilah lisan Allah untuku, agarku tau aku harus mampu tangguh sebagai calon ibu dari para syuhada.
Duhai engkau yang ku pilih karena Allah..
Maafkan…jika nanti aku tidak selalu tampil cantik di matamu. Ada kalanya aku terlihat lusuh, kusam dan tidak nyaman untuk kau pandang..mungkin karena aku terlalu sibuk  memerankan tugasku sebagai seorang Ibu bagi calon mujahid-mujahidah kita, karena tidak ada peranan yang lebih penting daripada peran seorang Ibu sebagai manajer rumah tangga dengan semua aktivitasnya yang mulia. Bisa jadi aku tak sempat bersiap diri untuk menyambutmu pulang atau bisa jadi pula kau menemukanku menahan kantuk saat mendengar semua cerita dan keluh kesah mu sepulang bekerja. Demi Allah bukan karena ku tak suka, tapi karena Mujahid-mujahidah kita membuatku tidur terlalu malam untuk menenangkan tangis mereka. Maka maafkanlah aku dan tetaplah menjadi kekuatan bagiku.
Untuk suamiku yang akan menjadi penenang hatiku...
Aku tidak setulus dan setegar Fatimah Binti Muhammad. Mungkin kau akan menemukanku begitu marah, manja dan menangis tanpa sebab.  Bukan karena aku ingin membangkang dan durhaka padamu, tapi karena aku adalah wanita yang bukan dari tulang ubun ia diciptakan sehingga lupa akan pujian, bukan juga dari tulang kaki karena khawatir akan laksana di injak dan direndahkan, melainkan ia diciptakan dari tulang rusuk, dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai. Ketahuilah, Allah memberikanku kelebihan dalam perasaan, aku butuh engkau sebagai tempat keluh kesahku, berbagi bebanku dan pemompa semangatku, karena mungkin saat itu engkau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, sehingga sedikit melupakanku dalam perhatianmu. Maka bersabarlah wahai pemimpinku yang ku butuhkan ada engkau di sampingku.


Untukmu yang menjadi pelipur lara dan pengingat akan Tuhanku..
Engkau tau, aku tidak seperti Aisyah ra yang cerdas dan mampu menjadi tempat bertanya para sahabat, aku minim ilmu agama bahkan fakir dalam taat padaNya, maka bimbinglah aku menuju Rabbku dengan ketaatan yang luar biasa, jangan pernah bosan mengajarku tentang dunia sebagai tempat untuk menanam dan akhiratlah kita memetik hasilnya. Jangan pernah ragu untuk memukulku, di tempat yang di bolehkan oleh Allah, setelah aku tidak mengindahkan nasehat dan peringatanmu ketika aku mulai menyimpang dari aturan Allah. Ajaklah aku dalam malam-malam yang mulia, sepertiga malam dan sujud panjang yang penuh berkah. Jangan lupakan aku, dalam mentadaburi isi alQur’an sebagai pedoman hidup sang hamba..tetap ingatkan aku tentang sebuah perjuangan, yang telah di gariskan oleh Rasulullah dan sahabat.
Untukmu suami yang akan menguatkan perjuangan…
Suamiku..kita hidup dalam kekejian sistem buatan manusia, dimana hukum Allah hanya terletak di tempat ibadah saja dan seolah tidak layak berkuasa padahal Islam adalah agama yang mampu mengatur seluruh kehidupan dengan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah Alaa minhajin Nubuwah..maka kita harus bersabar, karena bisa jadi kita tidak mampu menyekolahkan anak-anak kita di sekolah yang berkualitas dalam pandangan mabda Islam yang mencetak Mujahid dan Mujtahid, karena demokrasi tidak memberi kesempatan pada orang kecil macam kita untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan yang layak, karena itu semua hanya untuk mereka yang kaya.
Maka kita pahami, pernikahan ini kita awali dengan sebuah keyakinan akan perjuangan. Dan tetaplah saling menguatkan dan menopang dalam menghadap suatu keniscayaan yang akan kita hadapi dalam menempuh cita-cita yang kita inginkan. Bukan maksudku tuk melalaikan kewajiban jika suatu waktu aku tidak sedang berada di rumah karena dakwah...karena engkaupun tau dakwah pun adalah poros bagi kehidupan kita, tidak bisa kita memilih di antara 2 kewajiban yang tidak mungkin untuk di tinggalkan. Maka jika saat itu terjadi, percayalah bahwa aku tidak akan memilih durhaka pada engkau atau pada Tuhanku. Tetaplah menjadi penopangku duhai ayah dari para calon syuhada...
Untukmu Suamiku.. apa yang kita perjuangkan adalah bisyarah atau kabar gembira yang Allah sampaikan melalui lisan Rasulullah yang mulia..bahwa akan ada suatu masa, hukum Allah di tegakkan, panji Allah di kibarkan, dan Islam akan memimpin peradaban. Janji itu pasti wahai suamiku.. jika suatu saat nanti aku mulai meragukannya, maka tegurlah aku dengan keras karena aku telah lalai pada perjuangan..
Suamiku..engkau tau pasti, kita tidak akan mendidik dan membiarkan Mujahid-mujahidah kita bercita-cita untuk menjadi pemimpin di Negeri Kuffar jika belum juga tegak institusi yang kita rindukan.. kita akan bersama mendidik mereka menjadi generasi para syuhada, yang namanya tertulis oleh darahnya, yang bercita-cita menjadi syuhada penghulu syurga.. dan kehadirannya begitu di nantikan oleh penghuni langit..Insya Allah.
Suamiku..jika suatu hari nanti, saat hukum Allah di tegakkan dengan sempurna. Dan panggilan jihad itu pun membahana...maka demi Allah, jangan engkau pikirkan aku, Aku Ridha engkau memilih Allah dan RasulNya, memilih syahid di jalanNya, memperjuangkan kalimahNya dengan jiwa, raga bahkan nyawa...Teguhkanlah niatmu wahai kekasih hatiku, jangan lah engkau ragu jangan pula kau khawatirkan aku..karena kekhawatiran terbesarku adalah tidak membawa apa-apa yang bisa kita banggakan dihadapan kekasih hati kita kelak, Allah Rabbul Izzati.. janganlah pulang sebelum engkau membawa kemuliaan, engkau menang atau engkau syuhada...
Inilah cita-citaku sebagai seorang isteri dan ibu, mengantarkan kepergian kalian anak-anak dan suamiku di pagi hari, dan mendapati jenazah kalian pada petang hari. Demi Allah suamiku, aku akan kuat. Ku pastikan, saat itu aku akan kuat. Aku akan berdoa pada Allah agar megizinkan aku untuk tersenyum melihat kepergian kalian, duhai syuhada yang di rindukan syurga. Jika saat itu aku menangis, maka aku menangis sekedarnya saja karena kelemahanku sebagai manusia yang mencintai kalian, tapi kecintaan kalian pada Allah jauh di atas segalanya. Begitu pula kecintaanku pada Allah, hingga aku Ridho dengan kepergian kalian.. jika aku menangis maka aku bukan meratapi kepergian kalian, tapi aku menunggu akankah kesempatan itu tiba.. untuk mati dalam keadaan mulia sama seperti kalian..jika saat itu aku menangis, maka aku menangis karena aku sudah tidak punya seorang pun melainkan aku yang lemah tak berdaya untuk berperang kemudian menjemput  syuhada..maka..untuk kalian yang aku cintai.. tunggulah Ibumu di Syurga..sampaikan salam dan pesanku pada Rasulullah, karena ibu mu ini pun merindukan senyumannya saat menyambutku di JannahNya..
Duhai suamiku...yang menempati tempat salah satu bagian hatiku.. yang keRidhoanya menjadi Tujuanku setelah keRidhoan Tuhanku..
Terimalah ketaatanku dalam bingkai taat pada titah Tuhanku..karena Cinta padaNya lah kita dipersatukan, dan karena kecintaan pula kita akan dipisahkan,,,InsyaAllah

Al Khanza                                                                                 
Mujahidah Kecilmu                                                                                         Top of Form
Bottom of Form

Jumat, 06 Juli 2012

Semua Berawal dari Dunia Maya

Dunia maya sudah tidak asing lagi bagi kita. Hampir semua kalangan baik anak-anak, remaja maupun dewasa tentunya tidak asing lagi dengan istilah dunia maya. Bagi orang yang sering mengakses internet dan memiliki akun jejaring sosial terutama Facebook dan Twitter pastinya sangat paham dengan istilah tersebut.


Dunia maya, dunia yang menawarkan sisi positif dan negatif tergantung penggunanya mau diarahkan kemana. Setiap pengguna  memiliki kisah tersendiri dalam dunia maya. Dan tiap detik kisah atau kejadian yang dialaminya pasti ada hikmah positif bisa dipetik. Tidak terkecuali aktivis dakwah yang berlebel ‘ikhwan atau akhwat’. Olehnya itu, saya ingin berbagi kisah kepada pembaca yang budiman agar kiranya tidak terjerumus kepada jurang yang sama. Sebuah kisah yang berawal dari chatting sederhana dan penuh keisengan.



Cerita yang bagaikan dongeng, tetapi sebuah realita yang benar-benar terjadi. Biar kuceritakan sepenggal kisah dalam perjalanan cinta maya yang kelabu. Berawal dari chat di salah satu situs remaja yang sangat populer. Dengan layanan chat yang ada, saya mulai meng-invite salah seorang chatter untuk private chat, kamudian permintaan pun langsung diterimanya karena menganggap bahwa saya adalah seorang akhwat, rasa penasaranlah yang memicu semuanya. nickname chatter tersebut adalah Sang Pujangga (nama disamarkan), tetapi yang lebih dikenal oleh chatter lain berinisial SP



“Ada apa ukh?” itu kata pertama yang  saya ketikkan.

“anti beneran akhwat?” begitu bunyi balasan chatnya

‘iyaaaa..ane akhwat. Kan sudah di jelasin tadi” sedikit emosi Sang Pejuang menjawab

“Nama asli anti siapa?” saya kembali bertanya

“Sang Pujangga lah…!!!!” jawabnya lagi

“wah, antum ikhwan ya, jangan ngerjain deh..” demikian tuduhan saya.

“ya sudah kalo gak percaya” Sang Pujangga semakin marah

“iya deh ane percaya….” Jawabku mengalah untuk menang.

Begitulah private chat terus berlangsung hingga dini hari dan mulai menanyakan identitas, kegiatan, kuliah, organisasi semua menjadi bahan obrolan menarik.



Diawali perkenalan di dunia maya tersebut, lalu tukaran nomor handpone. Tepat hari Rabu, 21 september 2011 pukul 15.47 wib Kembali si ikhwan menghubungi si akhwat. Pada mulanya semua percakapan berjalan seperti biasanya, menanyakan kegiatan masing-masing dan menceritakan hal-hal yang kurang penting sebenarnya namun menjadi penting bagi mereka. Dan ada hal aneh dari hubungan iseng ini yaitu terlahirnya sebuah dongeng yang berjudul Pulau Khalayan. Sang Pujangga pun selalu meminta di dongengkan. Dengan begitu sabar saya bercerita sambil di selingi tawanya yang khas yang akan selalu diingat oleh sang pejuang yang mengaku akhwat. Tawa yang selalu diprotes namun ingin selalu didengarnya. Tawa yang selalu membuat hatinya tentram.



Inilah kisah aneh dan nyata antar dua anak insan yang berawal dari chat biasa, terlalu berlebihan mungkin jika dikatakan seperti itu. Tapi inilah realitanya. Sang Pujangga yang di sebutkan diatas adalah seorang akhwat, aktivis kampus yang selalu berkata ‘tidak’ untuk berhubungan dengan ikhwan diluar kepentingan dakwah, selalu berusaha menjaga  hatinya dan tidak berani bermain dengan hati, takut terjerumus karena belum pernah terkontaminasi dengan yang namanya “suka” pada lawan jenis. Sedangkan saya adalah seorang ikhwan yang sebenarnya masih mencari jati diri sebagai seorang aktivis dakwah kampus, yang masih bimbang ingin tarbiyah atau tidak. Menurut penilaiannya sang pejuang adalah sebenarnya saya seorang laki-laki yang begitu baik, ramah, enak diajak ngobrol, dan sabar.



Begitulah komunikasi ini terus berlanjut hingga akhirnya Sang Pujangga sadar bahwa ini semua harus diakhiri bukan karena ingin mencampakkan atau menyakiti tapi ini justru dilakukan agar niat mereka murni lillahi ta’ala. Dan inilah saatnya ketika Sang Pujangga meminta untuk bergantian bercerita, tanpa rencana Sang Pujangga mengakhiri semua lakon salah yang kami lakukan.



Sang Pejuang kini tak lagi sekeren namanya, karena hatinya sudah rapuh. Merasa menjadi seseorang yang munafik, merasa mengkhianati komitmen, merasa berselingkuh dari Allah, merasa membohongi saudara-saudaranya ketika berkumpul bersama. Sang Pujangga tidak lagi bisa dikatakan sebagai akhwat perkasa karena ia ternyata tidak cukup kuat  untuk menahan gejolak hati dan tak cukup perkasa untuk menghindar dari rayuan setan, Sang Pejuang tak lagi jadi mujahidah militan karena telah  membuat hati saudaranya di Sulawesi berharap selain kepada Allah, telah membuat saudaranya bergantung selain pada Allah, membuat saudaranya menjadi sosok yang ternodai hatinya karena Sang Pujangga tidak mampu menjaga hijab dan izzahnya hingga saudara di Sulawesi merasa mendapat peluang. Bagaimanapun juga Sang Pujangga adalah orang yang bertanggung jawab atas semua kesalahan dan dosa yang telah mereka lakukan.saya hanyalah korban dari hati yang egois, merasa belum pernah merasakan rasa ini hingga mengklaim bahwa ia berhak untuk merasakannya meski ia tahu bahwa itu tidak ada dalam aturan kepercayaannya. Sang Pejuang yang berpikir klise karena menganggap tidak ada yang salah dari hubungan ini, toh bahasa yang mereka gunakan masih ahsan dan saling mengingatkan dalam beribadah. Tapi, satu hal yang Sang Pejuang lupakan bahwa ia dan saya memiliki hati yang begitu mudahnya untuk terjangkit virus-virus yang bernama VMJ (virus merah jambu), sehingga lama kelamaan niat untuk menolong dalam kebaikan (baca :dakwah) mengalami distorsi dari niat yang seharusnya. Dan meluncurlah kata d
emi kata tentang pengakuan yang dirasakan selama ini hingga pada titik kesadarannya,


“antum pernah ngomong kalau 2015 antum akan menemukan jodohnya, asal antum tahu didalam hati ana berdoa semoga bidadari yang antum cari itu adalah ana..” kata Sang Pujangga disela tangisnya.



“sudahlah tidak usah diteruskan, jangan menangis, saya yang salah…afwan jiddan” tutur  ”nggak…biar ane selesaikan semuanya sekarang.” Tahun 2015 itu akan selalu diingat oleh Sang Pejuang, tapi tidak berjanji akan selalu mengingatnya sepanjang tahun. Satu hari, satu minggu, satu bulan, tiga bulan, enam bulan, bahkan satu tahun. Mungkin kisah 2015 masih diingatnya dengan baik. Namun tahun-tahun berikutnya Sang Pujangga akan melupakan itu, semua akan kembali seperti biasa, kembali seperti hari-hari sebelum ia mengenal saya, butuh waktu memang tapi itu sebuah konsekuensi.



Sang Pejuang yang sekarang menjadi akhwat lemah meminta maaf yang sedalam-dalamnya dan sebesar-besarnya akan semua kesalahan yang telah melibatkan saya. Begitulah akhir cerita antara saya dengan sang pejuang yang mungkin tidak bisa dikatakan akhir karena masih akan ada kisah-kisah selanjutnya. “afwan jiddan, buat anti merasa bersalah, afwan buat anti menangis, afwan buat anti meneteskan air mata.” demikian kata yang hanya bisa saya ucapkan karena gemetaran.



“gak…ana yang salah, ana senang bisa nangis karena itu berarti ana tahu kesalahan sebenarnya dan tidak akan terus menagis bahkan akan tersenyum lebar karena ana telah melakukan hal yang tepat” jawab wanita tersebut dengan suara bergetar.  Kita akhiri saja semuanya, hapus nomor ana di handphone antum, hapus foto ana, hapus email ana, dan hapus semua yang berhubungan dengan ana, tidak akan ke mana-mana jika Allah berkehendak, semua akan indah pada waktunya” Itu sebenarnya adalah ungkapan yang terluncur karena Pujangga sendiri sadar bahwa hubungan yang mereka lakukan ini aneh dan membingungkan.



Salah satu hikmah terbesar yang saya rasakan bahwa dunia maya bisa menjerumuskan seseorang ke dalam cinta maya yang  menyimpan dari tuntunan dan aturan agama. Pesan yang bisa saya sampaikan bahwa keisengan dan sikap main-main dapat melukai hati seorang manusia. Olehnya itu, hati-hati setiap detik jika mau bergaul di dunia maya. Semoga tulisan ini bisa mencerahkan bagi semua! 
[Arrahmah.com/khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]


Penulis : Syarief Kate

(Pengurus Lembaga Penelitian dan Penalaran Mahasiswa ‘LP2M’ UIN Alauddin Makassar)

Jika ku Telah Tiada...

Janganlah menangis bila nanti aku telah pergi
Ihklaskanlah kepergianku untuk menghadapNYA
Kita harus sadari tiada yg abadi
Do'akanlah aku supaya diringankan siksa'anNYA
Kesalahanku yg telah menyisakan luka di hatimu
di pertemuan yg singkat ini
Terimalah itu sbgai kelemahanku dan khilafku
Ku cukup mengerti bahwa di jauhnya hatimu
km seorang pemaaf dan penyayang
Banyak cinta dan kasih sayang disana

Jangan menyesali pertemuan ini bila kn terpisah jua
Meski hnya bs menyapa lewat tulisan di beranda
Tiada yg kekal di duniaNYA
Semuanya akan tersisih dan berganti
Dan tak seharusnya pertemuan ini terjadi
Aku akan pergi darimu atas permintaanmu

Tak selamanya tanganku dapat menulis cerita
Lewat sya'ir2ku untuk sekedar menyapamu
Aku bahagia bisa mengenalmu wahai sahabatku
Aku menyayangimu karna Allah Ta'alla
Jika dunia ini tak mampu mempertemukanku denganmu lagi
Ku sungguh berharap di akhirat kelak bisa bertemu dg mu di JannahNya

Persiapkanlah dirimu wahai sahabatku
Setiap saat kehilanganku & tak bisa lgi menyapamu
Tp ku pikir km sudah cukup siap :'(
Jagalah selalu hatimu suguhkan selalu senyum manismu
Suatu saat untuk melepas raga & jiwaku.
Maaf atas lisan yg tak pernah terjaga
Sebenarnya bukan maksud hati ingin menyakti
Hanya saja ingin mendapat perhatian lebih darimu
Ternyata harap tak sama dengan yg di dapat
Bukan perhatian yg ku dapat malah kata TAK PEDULI
Yang akan mengakhiri semuanya
Hanya karena kesalahanku itu...
Di awal km sudah cukup mengerti karakter diri
Dan lewat tulisan ku samapikan bahwa egois itu ada dlm diri ini
Apakah tak bisa mencoba menyejukkan suasana hatiku yg kacau
Malah serangan balik yg lebih menyakitkan menghujam hatiku
Jika memang harus seperti ini
Apa bedanya kita dengan mereka yg tak memahami mabda ini???


ahh...Tiada guna ku sesali
Jalani saja hidupmu yg baru
Toh, tanpaku hidupmu akan baik2 saja
Tp aku tanpamu akan kehilangan satu bagian dari diri ini
Warna itu ada dalam dirimu dan ku telah memberikannya untukmu
Tak mungkin ku tarik kembali

Jika suatu saat ku merindukanmu
Hanya menangis yg bisa ku lakukan
Hanya rekaman suaramu yg bisa ku dengarkan
Ku cukup menghargai apa yg pernah kau ungkapkan
Dan ku tak akan pernah bisa melupakannya sedikitpun
Kecuali ku amnesia krn benturan hebat di kepalaku
Mungkin saat itu km baru mengerti bahwa ku sedang tidak becanda.

I'm serious !!!


Berawal dari Menghargai

Terkadang, mudah bagi kita untuk melihat bahwa sesuatu itu sangat berharga, setelah hal tersebut hilang dari pandangan atas tidak terjangkau lagi dengan tangan kita. Sesuatu yang kita peroleh itu, kadang kita lihat hanya sebagai beban atau sumber kekesalan serta kemarahan. Dan Ketika hal itu terjadi, kita menjadi orang paling menyesal dan banyak mengeluhkan tentang susahnya mencari sebuah ketenangan dan kebahagiaan. 

Maka karena itulah Allah SWT, mendidik kita para hambanya dengan sebuah hal yang bernama "Menghargai".

Ketika seseorang telah begitu cerdas memutuskan menjadi pribadi yang mudah menghargai maka tidak akan sulit baginya pula untuk bersyukur. Ya, karena penghargaan berarti juga bersyukur, yaitu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah didapatkannya. Tidak lupa, dia akan menggunakan serta memanfaatkan semua itu dengan sebaik mungkin dan di jalan yang diridhoi Allah, serta tidak menyia-nyiakannya begitu saja. Hal itu adalah cara nyata dari adanya sebuah penghargaan tersebut.

Penghargaan juga berarti merawat dan menjaga. Di dalam rumah tangga pun, sebuah rasa saling menghargai tetaplah sangat diperlukan. Bahkan kelangsungan sebuah kebahagiaan dalam rumah tangga  tak akan ada tanpa adanya rasa saling menghargai.

Tidak akan mungkin seorang istri mencaci maki suaminya, walaupun dalam keadaan semarah apapun dia, jika dalam hatinya terbetik rasa tetap ingin menghargai sang suami. Karena menghargai berarti menjaga dengan baik, dan memberikan dengan cara yang terbaik yang kita bisa untuk sesuatu tersebut. Pun demikian halnya dengan sang suami, rasa penghargaan akan menghalanginya dari berbuat yang menyakitkan dan atau melukai sang istri, walau hanya sekedar lewat sebuah kata. Hal ini persis sama dengan yang dicontohkan oleh manusia termulia, Nabi Muhammad SAW kepada para istri- istri beliau. Dan saking besarnya penghargaan serta kasih sayang beliau kepada keluarganya, sampai- sampai ketika beliau harus menegurpun, maka disampaikannya tetap dengan cara yang santun. Inilah sebuah bentuk perawatan kasih sayang dan kelembutan perhatian dan pengertian beliau terhadap wanita.

Penghargaan juga berarti tidak angkuh dan memandang lebih diri. Ketika kita belajar menghargai orang lain dan apapun yang datang atau ada di sekitar kita, maka dengan mudah kita akan mengkontrol ego serta besarnya pengagungan diri kita atas orang lain. Lihatlah tentang seseorang yang mengucapkan teguran dengan santun. Akan jelas berbeda rasanya dengan mereka yang melakukannya dengan kasar, walaupun dengan dalih melakukan kebaikan dan perbaikan. Hal ini karena orang yang menghargai, pun pasti terpikir bahwa siapa tahu mungkin suatu saat kesalahan itu akan menjadi miliknya dan bukan orang lain. Dan saat hal itu terjadi, maka dia pun juga ingin menerima perlakukan yang serupa baiknya dengan yang dilakukannya sekarang.

Maka benarlah jika orang yang menghargai akan mudah merasa bahagia. Ini karena orang lain bahkan benda mati sekalipun yang berada di sekitarnya juga akan dengan mudah memberikan ketenangan baginya.

Dan ibarat sebuah bola yang terpantul di dinding yang dari keras atau tidaknya lemparan kita, maka bola tersebut akhirnya akan kembali mengenai diri kita lagi. Orang yang menghargai akan mudah merasa bahagia, hal ini karena orang lain bahkan benda mati sekalipun yang berada di sekitarnya juga akan dengan mudah memberikan ketenangan baginya.
Sebaliknya, orang yang paling menyesal, adalah orang yang paling tidak menghargai atau belajar menghargai setiap apapun yang datang kepadanya walaupun hanya satu detik. Dan hal ini kebanyakan menjadi hak milik para pengeluh keadaan, karena yang mereka didikkan ke dalam dirinya hanya bisa pada sebatas keluhan, dan makian pada keadaan yang datang, dan bukan sebuah pemikiran positif dan harapan.

Maka berbahagialah bagi orang- orang yang di selamatkan dari musibah akibat kurangnya menghargai. Dan orang- orang ini adalah orang- orang yang santun dalam marah, anggun dalam menegur, membangun dalam mengkritik, serta selalu berpikir positif dan tetap bersyukur dalam titik nadir kesedihan dan kejatuhan diri.

Minggu, 01 Juli 2012

Tak Seindah Drama Korea


Suasana panas dan penat di salah satu ruangan tak ber-AC fakultas teknik salah satu PTN di kota Padang. Ruangan ini mungkin yang bisa disediakan panitia pelaksana training CASH (Cerdas Akal Sehat Hati), materi-materi yang disajikan saat itu cukup menggugah hati Fateema. Materi-materi kajiannya tak pernah ditemuinya di SMA dulu ataupun pengajian yang diadakan oleh majlis taqlim di kampungnya. Sebenarnya materi-materi training tersebut sudah tak asing lagi baginya karena ia memang pernah mendengarnya hanya saja tetap bercokol dalam pikiran tak teraplikasi dalam perbuatan. Namun, walaupun sesuatu yang telah diketahui sebelumnya tetap saja kekuatan penghujaman kata-kata dalam kajian ini cukup menyedot seluruh perhatian Fateema.
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat” (HR. Bukhari)
Glek…Fateema tampak berpikir sejenak, apa maksudnya hadits tersebut?? Masih dalam kebingungan ia tetap fokus pada penyampaian materi training siang itu. Hadits ini yang kemudian menyentuh hatinya karena di awal dia sudah memndapatkan materi tentang negeri bebek yang kacau dengan segala polemiknya. Hah…kondisi yang sangat dekat dengannya saat ini. Ia tertunduk malu dan tak mampu menahan tangis, dadanya sesak, lidahnya kelu tak sanggup berucap. Momen ini tidak pernah direncanakan sebelumnya apalagi terpikirkan di benaknya untuk menghadiri training tersebut. Hmm..Kalau hanya seperti orang asing lalu bagaimana dengan orang-orang yang masih lalai dan tak mau taat pada perintah Allah? Lalu akankah ia bertemu dengan Rabb-nya? Bagaimana seharusnya ia hidup di dunia? Pertanyaan-pertanyaan yang segera menuntut jawaban yang kerap bertengger di pikiran Fateema.
Lagi-lagi Fateema tersentak ketika ketika pemateri membacakan salah satu ayat dalam Al-qur’an surat Al A’raf : 179 “Dan sesungguhnya Kami jadikan isi Neraka Jahannam kebanyakan jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al A’raf 179). Jantungnya berdegup kencang, kepalan tangannya kuat seraya berkata pada dirinya sendiri, “ Yaa Allah..kenapa aku jarang sekali bersyukur, kenapa masih terdiam, masih membangkang, apa yang aku cari sebenarnya dalam hidup ini? Fateema menggenggam erat-erat tangan Fricile sahabat yang mengajaknya pada training tersebut.
“ Fatee…kakak tau kenapa kamu nangis? Seperti itulah cinta kita harusnya kepada Rabb kita dan agama yang mulia ini”. Fricile berusaha menenangkannya dan mengelus pundaknya. “ kak, apakah Allah akan mengampuni dosa-dosaku yang lalu?” ia tetap menunduk. “ Subhannallah, Fatee…Allah maha penerima taubat hambaNya dan maha pengampun, Allah mengampuni dosa, nggak peduli apakah dosa itu sepenuh langit atau seluas bumi. Dia udah janji. Dia nggak bakal mungkir. Dia akan selalu menolong hambaNya yang menolong agamaNya”, Fricile meyakinkan Fateema.
Setelah acara usai, Fricile mengajaknya pulang. Baru kali ini Fateema menangis ketika mengikuti pengajian, barangkali ia merasa tidak diterima kalau harus disamakan dengan hewan ternak dan harus lebih hina darinya, itu yang membuat hatinya cukup teriris. Pada kajian-kajian sebelumnya Fateema terlihat cuek dan masih adem ayem tanpa respon walaupun ia kerap hadir tiap kajian yang diadakan oleh salah satu kelompok dakwah muslimah di kota itu. Namun seperti itulah cara  Allah menyentuh hati orang-orang yang dikehendaki-Nya. Memang benar kata sebuah buku karya seorang Islamic Inspirator bahwa seseorang akan memahami sesuatu dan akan terbiasa untuk melakukannya ketika ia telah mendengarkan suatu informasi secara berulang-ulang kemudian otak akan menyimpan informasi itu secara otomatis.
Di sore hari yang indah kala mentari sudah di ufuk barat seakan berpamitan pada penghuni bumi bahwa ia akan segera digantikan bulan untuk menyinari makhluk di belahan bumi ini. Fateema terlihat termenung di pojok ruangan kamar kosnya karena sudah beberapa hari teman sekamarnya terlihat tidak seperti biasanya bahkan terkesan menampakkan sikap tidak suka dengan perubahan Fateema. Tiba-tiba saja ada suara orang yang memanggilnya dan mengetuk pintu kamarnya, Fateema segera bangkit dan membukakan pintu untuk Yuni. “ silahkan masuk Yun”, Yuni pun segera masuk
“ Fatee…coba kamu buka dokumen dalam laptop itu, mama minta kamu membacanya”, ucap Yuni membuka pembicaraan karena ia tahu sedari tadi Fateema ditinggal Alin di rumah sendirian.
“ Tulisan apa Yun??
“ Aku gak tau Fat…mama yang minta aku untuk kamu baca”. Yuni meraih laptop yang sedari tadi masih hidup sengaja ditinggal Alin begitu saja. Sembari Fateema membaca tulisan itu, Yuni pun pamit dan membiarkan Fateema fokus pada bacaannya, ia mengerti gejolak yang sedang melanda kedua orang sahabatnya tersebut.
------------Benteng itu-----------
“…..kita tak sejalan, jurang yang memisahkan kita terlalu dalam, aku tak sanggup menyebrangi jurang itu untuk meraihmu lagi. Kalaupun aku bisa melewatinya tentu dengan susah payah, namun di sebrang sana masih ada benteng yang sangat kokoh yang memisahkan kita. Aku tak sanggup menghancurkan benteng kokoh itu, mungkin aku hanya bermimpi jika aku berharap kau kembali seperti dulu karena ku paham betul kau orang yang konsisten dalam setiap pilihan dan tak akan berbalik jika apa yang kau pahami benar dan memang benar adanya…..ingat satu hal jangan pernah kau panggil aku Alin, Bud, Lina, ataupun Rom. Pergilah dari hidupku…”  [T_hero]
Kalimat terakhir yang cukup menghancurkan hati Fateema, tak pernah terpikir jika kata-kata itu
akan terucap untuknya. Tanpa disadari air matanya membasahi pipinya yang lembut itu, ia tersedu-sedu tak mampu menahan tangis dan sesak di dadanya. Ia berpikir “ apakah hanya sebatas itu arti sebuah persahabatan? Apa yang diinginkan oleh seorang sahabat? Bukankah harus saling mendukung dalam kebaikan?? Oke..aku tak akan memanggilmu dengan semua panggilan itu…tapi aku akan memanggilmu ‘mama’ gumam Fateema. Ingin sekali ia merangkul sahabatnya itu, mereka tak pernah terpisah sejak pertama sekali bertemu satu kelas dalm program beasiswa itu. Alin tahu bahwa Fateema tak mungkin sanggup meninggalkannya karena ia tahu Fateema akan tersentuh hatinya membaca tulisannya. Tapi kali ini Alin tak bisa berharap banyak, memang hati Fateema sangat tersentuh tapi ia akan tetap teguh pada pilihan hidupnya untuk menjadi hamba yang menyerahkan hidupnya untuk Islam.
Jalan Ini Tak Seindah di Cerita Film Korea…..
Kini Fateema mencoba merangkai jalan hidupnya tanpa Yuni dan Alin yang selalu menyediakan pundak mereka dalam suka dan dukanya. Fateema sudah menjadi orang yang asing bagi kedua sahabatnya itu, melangkah tanpa keduanya awalnya terasa sulit namun pilihannya akan mengubah semua persepsi itu. Ia menyibukkan dirinya dengan aktivitas baru yang sudah menjadi pilihannya, ia aktif di bagian Syi’ar di LDK (Lembaga Dakwah Kampus), sehari-harinya ia isi dengan menulis leaflet, membuat undangan kajian, pamflet dan hal lain yang mendukung pelaksanaan mentoring mahasiswa baru dan membina mereka. Kesempatan ini tidak akan dilewatkannya sedikitpun karena jika terlewat akan membunuh kesempatannya masuk surga. Ya…hanya surga motivasi terbesarnya untuk melakukan setiap aktivitas. Menstandarkan setiap perbuatan sesuai dengan aturanNya. Tapi ia merasa ada yang kurang jika hanya mencukupkan diri pada LDK saja karena ia merasa LDK hanya dijadikan sebagian besar mahasiswa sebagai wadah mendapatkan nilai mata kuliah agama Islam. Sehingga Fateema harus memikirkan berbagai cara bagaimana agar kegiatan mentoring tidak sebatas mengejar nilai, Karena ia paham betul bahwa setiap muslim itu diwajibkan menjadi tentara-tentara penolong agamaNya. Apalagi saat ini dunia tak lagi berjalan atas aturan sang pembuat hukum yaitu Allah. Pemahaman yang diberikannya terkadang cukup bertolak belakang dengan silabus yang diberikan pihak kaderisasi LDK. Karena mereka fokus pada akhlak dan toleransi antar umat beragama sedangkan Fateema memahami bahwa akhlak tak akan terbentuk tanpa penerapan syariah.
Di salah satu taman kampus terlihat sekelompok mahasiswa dan 2 orang mentor, tiba-tiba seorang akhwat bertanya “ kak…sebenernya apa sih hukum pacaran? Salah satu mahasiswi bertanya. Fateema yang waktu itu menjadi pendamping mentor lebih memilih mendahulukan mentor untuk menjawabnya terlebih dahulu. “ pacaran boleh-boleh saja asal bisa menjaga jarak dan membawa mahrom, terus tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah”. Tutur sang mentor. Gubrak…ini tak bisa dibiarkan. Fateema izin ingin menyampaikan apa yang dipahaminya terkait masalah ini. “ adik-adik…kakak ingin menyampaikan apa yang kakak pahami, sesungguhnya dalam Al-qur’an Allah sudah berfirman ‘janganlah kalian mendekati zina’. Nah, mendekati zina saja dilarang apalagi melakukan, melihat fenomena aktivitas pacaran remaja zaman sekarang maka hal-hal yang dilarang Allah tak bisa mereka hindari. Lihat saja mereka yang MBA (merried by accident), aborsi, seks bebas, narkoba dan lainnya, apakah adik-adik bisa menjamin aktivitas mereka pacaran yang biasa-biasa saja?? Semua peserta mentoring diam dan tampak serius menyimak penyampaian Fateema. Ia melanjutkan “ benturan peradaban kafir telah memalingkan pemikiran umat ini dari kejernihan pemikiran Islam, tidak ada alasan bagi kita untuk bilang pacaran itu boleh sementara Allah telah melarangnya untuk mendekati zina saja tak boleh. Hal yang perlu kita ingat bahwa ketika kita yakin bahwa Allah adalah pencipta kita maka satu-satunya sikap kita adalah tunduk dan taat pada aturannya”. Selesai Fateema menjelaskan terjadilah perdebatan antara peserta mentoring dengan si kakak mentor. Sementara Fateema tersenyum dan siap mendobrak pemikiran lama yang masih bercokol dibenak mereka.
Fateema tidak hanya fokus pada LDK yang di kampus namun turut aktif pada kelompok dakwah muslimah yang merupakan kelompok dakwah internasional, saat ini ia bergabung dengan yang di Padang. Merasa bangga mungkin iya karena ia berbeda dengan teman-temannya yang lain. Ketika teman-temannya beristirahat ia manfaatkan waktu itu untuk membagikan buletin dan majalah remaja ideologis. Sewaktu-waktu terkadang ia harus menyempatkan di sela-sela jam kuliah untuk forward sms motivasi pada adik-adik mentoring untuk mengikuti kajian mingguan al-Fikru Mustanir. Bukan bermaksud lalai dalam kuliah tapi itulah Fateema, kuliah baginya tak 100 % menyerap informasi dari dosen tapi memang harus ada peranny. Ia dianugrahkan Allah kecerdasan sehingga ditengah kesibukannya tak mengurangi prestasi akademiknya.
Yang namanya pemikiran baru dalam LDK di kampusnya akan menjadi asing dan mereka tidak terima jika mentoring dikacaukan dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan silabus. Aneh, Islam kaffah malah dicap mengacaukan pemikiran mahasiswa, lalu mereka harus berislam yang seperti apa?? Gerutu Fateema dalam hati karena ia dan teman-teman yang sama-sama aktivis yang juga aktif diluar kampus diperlakukan tidak adil dalam LDK kampusnya. Fateema dan teman-teman tidak terima karena apa yang mereka sampaikan adalah kebenaran Islam yang seutuhnya bahkan mereka mencoba membuka belenggu pemikiran kafir yang kian lama bercokol di pikiran mahasiswa zaman modern keblinger tersebut.
“ Kami mengirimkan surat pemberhentian tersebut atas persetujuan Pembina LDK kampus” ucap salah seorang mantan pengurus DPH LDK yang turut angkat bicara dalam rapat sidang surat panggilan.        “ Silahkan saja diputuskan apakah akan dikeluarkan atau masih bisa jadi pengurus, kalau dari saya pribadi mewakili teman-teman tidak akan keluar dari LDK ini karena kami menyampaikan kebenaran seperti yang diperintahkan Rabb kami dalam Qur’an dan sunnah”, Fateema mencoba menanggapi pernyataan DPP tersebut. Perdebatan sengit terjadi pada rapat sore itu di mushala Al-qalam karena pihak LDK memang selama perjalanan dakwah di kampus antisipasi terhadap Fateema dan kawan-kawan atas ide mereka yang katanya tidak sesuai dengan kehidupan berdemokrasi. Gubrak,,,boro-boro mikirin demokrasi lhaa ini negeri Allah ya harusnya manusia kudu sadar kalau satu-satunya hukum atau aturan yang layak diterapkan ya cuma aturan Allah.
Akhirnya keputusannya adalah mengeluarkan Fateema dan kawan-kawan dari LDK kampusnya, karena mereka menilai kelompok Fateema itu terlalu radikal pemikirannya. Padahal belakangan ketahuan bahwa Pembina LDK tidak pernah mendapat surat pemberitahuan bahwa akan ada pengeluaran anggota LDK. Miris. Fateema tidak ambil pusing, baginya kampus tetap menjadi lahan dakwah mereka dan Islam akan terus disampaikan kebenarannya sampai orang-orang paham bahwa mereka sedang terjebak dalam sistem yang membunuh diri mereka sendiri secara perlahan tapi pasti. Ini justru tak diinginkan Fateema. Tidak hanya mendapatkan perlakuan negatif dari pihak pengurus ternyata para mahasiswa mentoring juga ikut-ikutan latah menjauhi Fateema dan isu-isu negatif tentang kelompok dakwah Fateema. Mereka dijuluki aliran sesat, radikal, fundamental dan tidak berakhlak. Padahal mereka sendiri tidak paham akhlak yang dimaksud dalam Islam itu seperti apa. Hati Fateema lagi-lagi sedih dan sangat miris melihat fenomena ini, lhaa yang menghalangi dakwah Islam kaffah ini orang muslim? Naudzubillah…kenapa mereka sendiri yang membuka lebar-lebar pintu bagi masuknya pemikiran asing? Tidak…Fateema tidak tinggal diam, dia dan kawan-kawan mengadakan agenda minggguan di kampus dan mencoba meluruskan isu yang berkembang di kampus, sedikit pun nyali mereka tidak ciut karena mereka yakin betul jalan ini tak seindah cerita dalam dongeng atau film korea. Inilah ujian, bagaimana mungkin Fateema akan menikmati kebahagiaan dalam berjuang sementara Rasul dan para sahabat didera berbagai cobaan bahkan sampai menghilangkan nyawa mereka.
Fateema dan kawan-kawan mengadakan talkshow dan seminar di tiap momen setiap bulannya, membuka forum-forum diskusi terbuka bagi mereka yang masih ragu pada kemenangan Islam. Dan ternyata inilah cinta Allah kepada hambaNya, Allah yang Maha membolak-balikkan hati hambaNya, satu dua orang mahasiswa akhirnya menyadari bahwa apa yang Fateema dan kawan-kawan bawa bukanlah ide yang asing tapi malah sesuatu yang harus dan segera diperjuangkan oleh seluruh muslim. Pihak kepengurusan LDK pun berganti oleh kader-kader baru dan seiring berjalannya waktu mereka open mind dan welcome terhadap ide-ide perjuangan Fateema hanya saja mereka cukup sebatas mendukung tak memberikan hidup mereka sepunuhnya pada perjuangan kembalinya kemuliaan Islam. Walau perjuangan tak cukup sampai disini namun Fateema mengerti bahwa butuh gebrakan ekstra untuk kebangkitan mahasiswa kampusnya. Ia mengerti bahwa surga itu mahal harus ditebus dengan darah syuhada layaknya para sahabat, untuk saat ini juga butuh pengorbanan tenaga, waktu, materi bahkan nyawanya sekalipun. Karena ia menjadikan prinsip hidupnya adalah “aku harus masuk surga” dan surga itulah motivasi terbesar yang ingin di raihnya. Ia ingin kelak namanya tercatat dalam sejarah dengan tinta emas peradaban gemilang. (Al KhaNza Demolisher)