Suasana
panas dan penat di salah satu ruangan tak ber-AC fakultas teknik salah satu PTN
di kota Padang. Ruangan ini mungkin yang bisa disediakan panitia pelaksana
training CASH (Cerdas Akal Sehat Hati), materi-materi yang disajikan saat itu
cukup menggugah hati Fateema. Materi-materi kajiannya tak pernah ditemuinya di
SMA dulu ataupun pengajian yang diadakan oleh majlis taqlim di kampungnya.
Sebenarnya materi-materi training tersebut sudah tak asing lagi baginya karena
ia memang pernah mendengarnya hanya saja tetap bercokol dalam pikiran tak
teraplikasi dalam perbuatan. Namun, walaupun sesuatu yang telah diketahui
sebelumnya tetap saja kekuatan penghujaman kata-kata dalam kajian ini cukup
menyedot seluruh perhatian Fateema.
“Jadilah engkau di dunia ini
seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat” (HR. Bukhari)
Glek…Fateema
tampak berpikir sejenak, apa maksudnya hadits tersebut?? Masih dalam
kebingungan ia tetap fokus pada penyampaian materi training siang itu. Hadits
ini yang kemudian menyentuh hatinya karena di awal dia sudah memndapatkan
materi tentang negeri bebek yang kacau dengan segala polemiknya. Hah…kondisi
yang sangat dekat dengannya saat ini. Ia tertunduk malu dan tak mampu menahan
tangis, dadanya sesak, lidahnya kelu tak sanggup berucap. Momen ini tidak
pernah direncanakan sebelumnya apalagi terpikirkan di benaknya untuk menghadiri
training tersebut. Hmm..Kalau hanya seperti orang asing lalu bagaimana dengan
orang-orang yang masih lalai dan tak mau taat pada perintah Allah? Lalu akankah
ia bertemu dengan Rabb-nya? Bagaimana seharusnya ia hidup di dunia?
Pertanyaan-pertanyaan yang segera menuntut jawaban yang kerap bertengger di
pikiran Fateema.
Lagi-lagi Fateema tersentak ketika ketika pemateri membacakan
salah satu ayat dalam Al-qur’an surat Al A’raf : 179 “Dan sesungguhnya Kami
jadikan isi Neraka Jahannam kebanyakan jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai. (QS Al A’raf
179). Jantungnya berdegup kencang, kepalan
tangannya kuat seraya berkata pada dirinya sendiri, “ Yaa Allah..kenapa aku
jarang sekali bersyukur, kenapa masih terdiam, masih membangkang, apa yang aku
cari sebenarnya dalam hidup ini? Fateema menggenggam erat-erat tangan Fricile
sahabat yang mengajaknya pada training tersebut.
“ Fatee…kakak
tau kenapa kamu nangis? Seperti itulah cinta kita harusnya kepada Rabb kita dan
agama yang mulia ini”. Fricile berusaha menenangkannya dan mengelus pundaknya. “
kak, apakah Allah akan mengampuni dosa-dosaku yang lalu?” ia tetap menunduk. “
Subhannallah, Fatee…Allah maha penerima taubat hambaNya dan maha pengampun, Allah
mengampuni dosa, nggak peduli apakah dosa itu sepenuh langit atau seluas bumi.
Dia udah janji. Dia nggak bakal mungkir. Dia akan selalu menolong hambaNya yang menolong agamaNya”, Fricile
meyakinkan Fateema.
Setelah acara
usai, Fricile mengajaknya pulang. Baru kali ini Fateema menangis ketika
mengikuti pengajian, barangkali ia merasa tidak diterima kalau harus disamakan
dengan hewan ternak dan harus lebih hina darinya, itu yang membuat hatinya
cukup teriris. Pada kajian-kajian sebelumnya Fateema terlihat cuek dan masih
adem ayem tanpa respon walaupun ia kerap hadir tiap kajian yang diadakan oleh
salah satu kelompok dakwah muslimah di kota itu. Namun seperti itulah cara Allah menyentuh hati orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Memang benar kata sebuah buku karya seorang Islamic Inspirator bahwa seseorang akan
memahami sesuatu dan akan terbiasa untuk melakukannya ketika ia telah
mendengarkan suatu informasi secara berulang-ulang kemudian otak akan menyimpan
informasi itu secara otomatis.
Di sore hari
yang indah kala mentari sudah di ufuk barat seakan berpamitan pada penghuni
bumi bahwa ia akan segera digantikan bulan untuk menyinari makhluk di belahan
bumi ini. Fateema terlihat termenung di pojok ruangan kamar kosnya karena sudah
beberapa hari teman sekamarnya terlihat tidak seperti biasanya bahkan terkesan
menampakkan sikap tidak suka dengan perubahan Fateema. Tiba-tiba saja ada suara
orang yang memanggilnya dan mengetuk pintu kamarnya, Fateema segera bangkit dan
membukakan pintu untuk Yuni. “ silahkan masuk Yun”, Yuni pun segera masuk
“ Fatee…coba kamu
buka dokumen dalam laptop itu, mama minta kamu membacanya”, ucap Yuni membuka
pembicaraan karena ia tahu sedari tadi Fateema ditinggal Alin di rumah
sendirian.
“ Tulisan apa Yun??
“ Aku gak tau
Fat…mama yang minta aku untuk kamu baca”. Yuni meraih laptop yang sedari tadi
masih hidup sengaja ditinggal Alin begitu saja. Sembari Fateema membaca tulisan
itu, Yuni pun pamit dan membiarkan Fateema fokus pada bacaannya, ia mengerti
gejolak yang sedang melanda kedua orang sahabatnya tersebut.
------------Benteng
itu-----------
“…..kita
tak sejalan, jurang yang memisahkan kita terlalu dalam, aku tak sanggup menyebrangi
jurang itu untuk meraihmu lagi. Kalaupun aku bisa melewatinya tentu dengan
susah payah, namun di sebrang sana masih ada benteng yang sangat kokoh yang
memisahkan kita. Aku tak sanggup menghancurkan benteng kokoh itu, mungkin aku
hanya bermimpi jika aku berharap kau kembali seperti dulu karena ku paham betul
kau orang yang konsisten dalam setiap pilihan dan tak akan berbalik jika apa
yang kau pahami benar dan memang benar adanya…..ingat satu hal jangan pernah
kau panggil aku Alin, Bud, Lina, ataupun Rom. Pergilah dari hidupku…” [T_hero]
Kalimat terakhir yang
cukup menghancurkan hati Fateema, tak pernah terpikir jika kata-kata itu
akan terucap untuknya. Tanpa disadari air matanya
membasahi pipinya yang lembut itu, ia tersedu-sedu tak mampu menahan tangis dan
sesak di dadanya. Ia berpikir “ apakah hanya sebatas itu arti sebuah
persahabatan? Apa yang diinginkan oleh seorang sahabat? Bukankah harus saling
mendukung dalam kebaikan?? Oke..aku tak akan memanggilmu dengan semua panggilan
itu…tapi aku akan memanggilmu ‘mama’
gumam Fateema. Ingin sekali ia merangkul sahabatnya itu, mereka tak pernah
terpisah sejak pertama sekali bertemu satu kelas dalm program beasiswa itu.
Alin tahu bahwa Fateema tak mungkin sanggup meninggalkannya karena ia tahu
Fateema akan tersentuh hatinya membaca tulisannya. Tapi kali ini Alin tak bisa
berharap banyak, memang hati Fateema sangat tersentuh tapi ia akan tetap teguh
pada pilihan hidupnya untuk menjadi hamba yang menyerahkan hidupnya untuk
Islam.
Jalan Ini Tak Seindah di Cerita Film Korea…..
Kini Fateema mencoba
merangkai jalan hidupnya tanpa Yuni dan Alin yang selalu menyediakan pundak
mereka dalam suka dan dukanya. Fateema sudah menjadi orang yang asing bagi
kedua sahabatnya itu, melangkah tanpa keduanya awalnya terasa sulit namun
pilihannya akan mengubah semua persepsi itu. Ia menyibukkan dirinya dengan
aktivitas baru yang sudah menjadi pilihannya, ia aktif di bagian Syi’ar di LDK
(Lembaga Dakwah Kampus), sehari-harinya ia isi dengan menulis leaflet, membuat
undangan kajian, pamflet dan hal lain yang mendukung pelaksanaan mentoring mahasiswa
baru dan membina mereka. Kesempatan ini tidak akan dilewatkannya sedikitpun
karena jika terlewat akan membunuh kesempatannya masuk surga. Ya…hanya surga motivasi
terbesarnya untuk melakukan setiap aktivitas. Menstandarkan setiap perbuatan
sesuai dengan aturanNya. Tapi ia merasa ada yang kurang jika hanya mencukupkan
diri pada LDK saja karena ia merasa LDK hanya dijadikan sebagian besar
mahasiswa sebagai wadah mendapatkan nilai mata kuliah agama Islam. Sehingga
Fateema harus memikirkan berbagai cara bagaimana agar kegiatan mentoring tidak
sebatas mengejar nilai, Karena ia paham betul bahwa setiap muslim itu
diwajibkan menjadi tentara-tentara penolong agamaNya. Apalagi saat ini dunia
tak lagi berjalan atas aturan sang pembuat hukum yaitu Allah. Pemahaman yang
diberikannya terkadang cukup bertolak belakang dengan silabus yang diberikan
pihak kaderisasi LDK. Karena mereka fokus pada akhlak dan toleransi antar umat
beragama sedangkan Fateema memahami bahwa akhlak tak akan terbentuk tanpa
penerapan syariah.
Di salah satu taman
kampus terlihat sekelompok mahasiswa dan 2 orang mentor, tiba-tiba seorang
akhwat bertanya “ kak…sebenernya apa sih hukum pacaran? Salah satu mahasiswi
bertanya. Fateema yang waktu itu menjadi pendamping mentor lebih memilih
mendahulukan mentor untuk menjawabnya terlebih dahulu. “ pacaran boleh-boleh
saja asal bisa menjaga jarak dan membawa mahrom, terus tidak melakukan hal-hal
yang dilarang Allah”. Tutur sang mentor. Gubrak…ini tak bisa dibiarkan. Fateema
izin ingin menyampaikan apa yang dipahaminya terkait masalah ini. “
adik-adik…kakak ingin menyampaikan apa yang kakak pahami, sesungguhnya dalam
Al-qur’an Allah sudah berfirman ‘janganlah kalian mendekati zina’. Nah,
mendekati zina saja dilarang apalagi melakukan, melihat fenomena aktivitas
pacaran remaja zaman sekarang maka hal-hal yang dilarang Allah tak bisa mereka
hindari. Lihat saja mereka yang MBA (merried by accident), aborsi, seks bebas,
narkoba dan lainnya, apakah adik-adik bisa menjamin aktivitas mereka pacaran
yang biasa-biasa saja?? Semua peserta mentoring diam dan tampak serius menyimak
penyampaian Fateema. Ia melanjutkan “ benturan peradaban kafir telah
memalingkan pemikiran umat ini dari kejernihan pemikiran Islam, tidak ada alasan
bagi kita untuk bilang pacaran itu boleh sementara Allah telah melarangnya
untuk mendekati zina saja tak boleh. Hal yang perlu kita ingat bahwa ketika
kita yakin bahwa Allah adalah pencipta kita maka satu-satunya sikap kita adalah
tunduk dan taat pada aturannya”. Selesai Fateema menjelaskan terjadilah
perdebatan antara peserta mentoring dengan si kakak mentor. Sementara Fateema
tersenyum dan siap mendobrak pemikiran lama yang masih bercokol dibenak mereka.
Fateema tidak hanya
fokus pada LDK yang di kampus namun turut aktif pada kelompok dakwah muslimah
yang merupakan kelompok dakwah internasional, saat ini ia bergabung dengan yang
di Padang. Merasa bangga mungkin iya karena ia berbeda dengan teman-temannya
yang lain. Ketika teman-temannya beristirahat ia manfaatkan waktu itu untuk
membagikan buletin dan majalah remaja ideologis. Sewaktu-waktu terkadang ia harus
menyempatkan di sela-sela jam kuliah untuk forward sms motivasi pada adik-adik
mentoring untuk mengikuti kajian mingguan al-Fikru Mustanir. Bukan bermaksud
lalai dalam kuliah tapi itulah Fateema, kuliah baginya tak 100 % menyerap
informasi dari dosen tapi memang harus ada peranny. Ia dianugrahkan Allah
kecerdasan sehingga ditengah kesibukannya tak mengurangi prestasi akademiknya.
Yang namanya
pemikiran baru dalam LDK di kampusnya akan menjadi asing dan mereka tidak
terima jika mentoring dikacaukan dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan
silabus. Aneh, Islam kaffah malah dicap mengacaukan pemikiran mahasiswa, lalu
mereka harus berislam yang seperti apa?? Gerutu Fateema dalam hati karena ia
dan teman-teman yang sama-sama aktivis yang juga aktif diluar kampus
diperlakukan tidak adil dalam LDK kampusnya. Fateema dan teman-teman tidak
terima karena apa yang mereka sampaikan adalah kebenaran Islam yang seutuhnya
bahkan mereka mencoba membuka belenggu pemikiran kafir yang kian lama bercokol
di pikiran mahasiswa zaman modern keblinger tersebut.
“ Kami mengirimkan
surat pemberhentian tersebut atas persetujuan Pembina LDK kampus” ucap salah
seorang mantan pengurus DPH LDK yang turut angkat bicara dalam rapat sidang
surat panggilan. “ Silahkan saja
diputuskan apakah akan dikeluarkan atau masih bisa jadi pengurus, kalau dari
saya pribadi mewakili teman-teman tidak akan keluar dari LDK ini karena kami
menyampaikan kebenaran seperti yang diperintahkan Rabb kami dalam Qur’an dan
sunnah”, Fateema mencoba menanggapi pernyataan DPP tersebut. Perdebatan sengit
terjadi pada rapat sore itu di mushala Al-qalam karena pihak LDK memang selama
perjalanan dakwah di kampus antisipasi terhadap Fateema dan kawan-kawan atas
ide mereka yang katanya tidak sesuai dengan kehidupan berdemokrasi.
Gubrak,,,boro-boro mikirin demokrasi lhaa ini negeri Allah ya harusnya manusia kudu
sadar kalau satu-satunya hukum atau aturan yang layak diterapkan ya cuma aturan
Allah.
Akhirnya keputusannya
adalah mengeluarkan Fateema dan kawan-kawan dari LDK kampusnya, karena mereka
menilai kelompok Fateema itu terlalu radikal pemikirannya. Padahal belakangan
ketahuan bahwa Pembina LDK tidak pernah mendapat surat pemberitahuan bahwa akan
ada pengeluaran anggota LDK. Miris. Fateema tidak ambil pusing, baginya kampus
tetap menjadi lahan dakwah mereka dan Islam akan terus disampaikan kebenarannya
sampai orang-orang paham bahwa mereka sedang terjebak dalam sistem yang
membunuh diri mereka sendiri secara perlahan tapi pasti. Ini justru tak
diinginkan Fateema. Tidak hanya mendapatkan perlakuan negatif dari pihak
pengurus ternyata para mahasiswa mentoring juga ikut-ikutan latah menjauhi
Fateema dan isu-isu negatif tentang kelompok dakwah Fateema. Mereka dijuluki
aliran sesat, radikal, fundamental dan tidak berakhlak. Padahal mereka sendiri
tidak paham akhlak yang dimaksud dalam Islam itu seperti apa. Hati Fateema
lagi-lagi sedih dan sangat miris melihat fenomena ini, lhaa yang menghalangi
dakwah Islam kaffah ini orang muslim? Naudzubillah…kenapa mereka sendiri yang
membuka lebar-lebar pintu bagi masuknya pemikiran asing? Tidak…Fateema tidak
tinggal diam, dia dan kawan-kawan mengadakan agenda minggguan di kampus dan
mencoba meluruskan isu yang berkembang di kampus, sedikit pun nyali mereka
tidak ciut karena mereka yakin betul jalan ini tak seindah cerita dalam dongeng
atau film korea. Inilah ujian, bagaimana mungkin Fateema akan menikmati
kebahagiaan dalam berjuang sementara Rasul dan para sahabat didera berbagai
cobaan bahkan sampai menghilangkan nyawa mereka.
Fateema dan
kawan-kawan mengadakan talkshow dan seminar di tiap momen setiap bulannya,
membuka forum-forum diskusi terbuka bagi mereka yang masih ragu pada kemenangan
Islam. Dan ternyata inilah cinta Allah kepada hambaNya, Allah yang Maha
membolak-balikkan hati hambaNya, satu dua orang mahasiswa akhirnya menyadari
bahwa apa yang Fateema dan kawan-kawan bawa bukanlah ide yang asing tapi malah
sesuatu yang harus dan segera diperjuangkan oleh seluruh muslim. Pihak
kepengurusan LDK pun berganti oleh kader-kader baru dan seiring berjalannya
waktu mereka open mind dan welcome terhadap ide-ide perjuangan
Fateema hanya saja mereka cukup sebatas mendukung tak memberikan hidup mereka
sepunuhnya pada perjuangan kembalinya kemuliaan Islam. Walau perjuangan tak
cukup sampai disini namun Fateema mengerti bahwa butuh gebrakan ekstra untuk
kebangkitan mahasiswa kampusnya. Ia mengerti bahwa surga itu mahal harus
ditebus dengan darah syuhada layaknya para sahabat, untuk saat ini juga butuh
pengorbanan tenaga, waktu, materi bahkan nyawanya sekalipun. Karena ia
menjadikan prinsip hidupnya adalah “aku harus masuk surga” dan surga itulah
motivasi terbesar yang ingin di raihnya. Ia ingin kelak namanya tercatat dalam
sejarah dengan tinta emas peradaban gemilang. (Al KhaNza Demolisher)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar