Jumat, 27 Juli 2012

SKENARIO LANGIT


SKENARIO LANGIT
Semua ada saatnya. Apa yang terjadi merupakan kumpulan episode dalam naskah kehidupan yang telah di gariskan. Yakinlah setiap sesi ada saatnya dan akan terjadi tepat pada waktunya. Sebuah senyuman, canda, tawa, kebahagiaan yang tercipta, kesedihan yang mendera pasti ada waktunya. Sebuah pertemuan, perpisahan dan perjumpaan kembali tidak luput dari kuasa sang Sutradara (Allah swt).
Dan inilah saatnya…
Sang sutradara menitahkan langit, menggariskan pertemuan dan mengikat kami dalam bingkai suci pernikahan.. ikatan yang menguatkan perjuangan.
Karena Inilah jalan cinta kami…
Kokohkan ikatan ini di jalan perjuangan. Izinkan kami melahirkan generasi para syuhada. Dan pertemukanlah kami pada suatu masa yang kami yakini akan Niscaya, masa dimana PanjiMu telah berkibar dengan gagahnya, masa dimana hukumMu diterapkan dengan Sempurna, masa dimana Khilafah Rasyidah yang Kau janjikan tegak menjadi mercusuar dunia. Disinilah kami di pertemukan, dijalan cinta para pejuang.”
Ku tuliskan asa ini di penghujung malam, waktu dimana Sang Rabb begitu dekat dengan si Hamba. Ku tuliskan dengan penuh harapan, bahwa keputusan ini karena iman, bukan karena dorongan syeitan tapi karena aku tidak ingin mati dalam keadaan tak lengkap Dien ini..
Ya Allah sang pemilik hati, ku sandarkan kehidupanku atas keputusanMu. Ku hadapkan wajahku dalam meminta padaMu, perkenankanlah pilihan hatiku sebagai petunjuk dari Mu. Telah ku pilih dia sebagai pendampingku..Calon ayah dari Mujahid-MujahidahMu.
Yaa Rabb…Skenario langit tengah berjalan…
Dengan kami sebagai pemain utama dalam kisah yang diperankan, ada haru, ada kesedihan, ada harapan dan tak luput  rasa syukur yang teramat dalam bercampur menjadi satu dalam arti kebahagiaan.
Allahku, skenarioMu sungguh indah dan berjalan sempurna. Seandainya kau tampakkan penghuni langit pada dunia, maka bergetarlah hati kami menyaksikan, betapa agung kuasaMu karena pada saat itu bersahut-sahutan nama-Mu ditasbihkan. Jika kau perlihatkan penghuni syurga pada dunia mungkin saat  ini mereka tengah dilanda kecemburuan. Karena pada hari ini kami telah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan, dengan meletakkan ketaatan  pada Engkau Rabb penggenggam kehidupan, yang Kau janjikan mendapat mimbar-mimbar Cahaya di syurga, sebagai wujud ketakwaan, Subhanallah.
“Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mibar dari cahaya, yang diatasnya terdapat suatu kaum yang menggunakan pakaian dari cahaya. Wajah mereka bercahaya. Mereka itu bukan Nabi dan juga bukan syuhada. Akan tetapi para nabi dan syuhada tertegun (merasa iri) kepada mereka sehingga mereka berkata, ‘ Wahai Rasulullah, tolong beritahu siapa gerangan mereka itu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang saling menjalin cinta kasih karena Allah, saling bermajelis (duduk memikirkan sesuatu) karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah semata.“ (HR. an-Nasa’I dalam sunan Al-kubro).
Rabb penggenggam jiwa. Tak kuasa hamba meneteskan air mata, sungguh “NikmatMu yang mana yang kan hamba dustakan?? Andaikan seluruh lautan Engkau jadikan tinta dan pepohonan sebagai penanya, tak mampu hamba menuliskan betapa besar nikmat yang Engkau berikan pada kami yang Faqir ini. Tiada kata yang mampu menggambarkan betapa bahagianya kami hari ini, kebahagiaan yang dirasakan oleh semua makhlukMu yang beriman, karena satu lagi pasangan yang berAzzam membangun Rumah Tangga sebagai pengokoh  perjuangan.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Rûm [30]: 21)
Ya Allah jika Engkau izinkan, jadikan pasangan kami sebagai penguat keimanan, di saat hantaman ujian melanda. Jadikan pasangan kami sebagai penguat perjuangan, di kala letih menerpa, dan jadikan pasangan kami sebagai penunjuk jalan menuju syurga. Satukanlah kami dalam cinta padaMu, satukanlah kami dalam taat padaMu, persatukanlah kami di dalam JannahMu.. Amin.
“Menikah adalah sunahku, maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunahku, ia bukan termasuk golonganku. Menikahlah, karena aku akan membanggakan jumlahmu yang banyak di hari akhir nanti” (HR. Ibnu Majah)

“Ada tiga golongan yang berhak di tolong oleh Allah SWT : seorang Mujahid dijalan Allah, Mukatab (budak yang membeli dirinya dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya, dan orang yang menikah karena menjauhkan diri dari yang haram” (HR. Tirmidzi)  
Bismillah…nama Allah kembali ku lisankan, sebagai awal dari tulisan. Sebuah keputusan besar sudah ku mantapkan, keputusan yang akan membawa pada perubahan status dan peran bahkan hak dan kewajiban. Tentang  sebuah keputusan yang akan merubah hidupku, pelengkap dan penyempurna dien dan perjuanganku Inshallah J.
Demi Allah yang jiwa ku ada dalam genggaman-Nya, waktu hidup dan matiku ada dalam kuasaNya. Keputusanku untuk menikah di usia muda, bukan keputusan yang tergesa-gesa tapi karena ingin bersegera. Jelas sekali perbedaan antara keduanya, tergesa-gesa cenderung tanpa persiapan dan hanya bermodalkan nafsu dalam memutuskan. Sedangkan bersegera adalah tindakan karena pemahaman dan berbekal kesadaran. Dan kesadaran akan tujuan dari segala tujuan dalam pernikahan adalah untuk mendapatkan salah satu pintu untuk meraih keRidhoan Allah yaitu keRidhoan suami yang karenanya Allah pun Ridha pada sang Isteri. Dan pernikahan adalah salah satu sunah Rasul yang utama, karena ku tidak ingin mati dalam keadaan tak lengkap Dien ini.
Hehe…awalnya aku merasa masih sangat muda untuk bersegera merajut pernikahan, tapi ternyata “ge-er ku” terbantahkan oleh sahabat Rasulullah Zaid Bin Tsabit yang menikah saat berumur 12 tahun dan Usamah bin Zaid yang telah  menikah dengan  Fatimah binti Qais  di usia  16 tahun. Atau sosok Shahabiyahnya adalah si cerdas Ummul Mukminin Aisyah ra dan anak yang menjadi Ibu bagi ayahnya Fatimah Az Zahra ra yang menikah pada umur yang sangat belia, malu rasanya karena ternyata kami sudah terlalu Uzur untuk di sebut sebagi pasangan muda ^_^ .

Pesan dan ungkapan hati ini, ku tujukan pada seseorang…J
Untuk Sang Suami yang telah Allah halalkan untuk ku…
Terimakasih karena engkau telah memilihku diantara ribuan bidadari dunia yang ada di luar sana. Padahal aku hanya wanita biasa yang minim agama, bukan dari keturunan terpandang dan keluarga berada juga tidak secantik sosok fiksi Anna Althafunnisa yang di idam-idamkan kaum pria. Tak sesempurna Khadijah binti Khuwailid J
Kepada engkau yang akan menjadi pendampingku...
Dengan segala keterbatasanku sebagai seorang hamba, awalnya aku masih wanita yang asing bagimu.  Terangkanlah apa-apa yang tidak ku mengerti tentangmu agar aku memahami apa yang tidak membuat mu Ridha padaku, dan pasti akan ku jauhkan dari pandanganmu.
Kepada engkau yang kan menjadi nahkoda dalam perjalanan menuju syurga..
Ketahuilah.. aku bukan sosok Khadijah yang sabar, tabah dan pendamping sempurna dalam menghadapi kerasnya kehidupan.. ada kalanya aku bersikap kekanak-kanakan dan tidak sabaran, bahkan mengeluh dengan keadaan. Maka bila itu terjadi pahami lah aku, tetaplah tersenyum padaku, jadilah lisan Allah untuku, agarku tau aku harus mampu tangguh sebagai calon ibu dari para syuhada.
Duhai engkau yang ku pilih karena Allah..
Maafkan…jika nanti aku tidak selalu tampil cantik di matamu. Ada kalanya aku terlihat lusuh, kusam dan tidak nyaman untuk kau pandang..mungkin karena aku terlalu sibuk  memerankan tugasku sebagai seorang Ibu bagi calon mujahid-mujahidah kita, karena tidak ada peranan yang lebih penting daripada peran seorang Ibu sebagai manajer rumah tangga dengan semua aktivitasnya yang mulia. Bisa jadi aku tak sempat bersiap diri untuk menyambutmu pulang atau bisa jadi pula kau menemukanku menahan kantuk saat mendengar semua cerita dan keluh kesah mu sepulang bekerja. Demi Allah bukan karena ku tak suka, tapi karena Mujahid-mujahidah kita membuatku tidur terlalu malam untuk menenangkan tangis mereka. Maka maafkanlah aku dan tetaplah menjadi kekuatan bagiku.
Untuk suamiku yang akan menjadi penenang hatiku...
Aku tidak setulus dan setegar Fatimah Binti Muhammad. Mungkin kau akan menemukanku begitu marah, manja dan menangis tanpa sebab.  Bukan karena aku ingin membangkang dan durhaka padamu, tapi karena aku adalah wanita yang bukan dari tulang ubun ia diciptakan sehingga lupa akan pujian, bukan juga dari tulang kaki karena khawatir akan laksana di injak dan direndahkan, melainkan ia diciptakan dari tulang rusuk, dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai. Ketahuilah, Allah memberikanku kelebihan dalam perasaan, aku butuh engkau sebagai tempat keluh kesahku, berbagi bebanku dan pemompa semangatku, karena mungkin saat itu engkau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, sehingga sedikit melupakanku dalam perhatianmu. Maka bersabarlah wahai pemimpinku yang ku butuhkan ada engkau di sampingku.


Untukmu yang menjadi pelipur lara dan pengingat akan Tuhanku..
Engkau tau, aku tidak seperti Aisyah ra yang cerdas dan mampu menjadi tempat bertanya para sahabat, aku minim ilmu agama bahkan fakir dalam taat padaNya, maka bimbinglah aku menuju Rabbku dengan ketaatan yang luar biasa, jangan pernah bosan mengajarku tentang dunia sebagai tempat untuk menanam dan akhiratlah kita memetik hasilnya. Jangan pernah ragu untuk memukulku, di tempat yang di bolehkan oleh Allah, setelah aku tidak mengindahkan nasehat dan peringatanmu ketika aku mulai menyimpang dari aturan Allah. Ajaklah aku dalam malam-malam yang mulia, sepertiga malam dan sujud panjang yang penuh berkah. Jangan lupakan aku, dalam mentadaburi isi alQur’an sebagai pedoman hidup sang hamba..tetap ingatkan aku tentang sebuah perjuangan, yang telah di gariskan oleh Rasulullah dan sahabat.
Untukmu suami yang akan menguatkan perjuangan…
Suamiku..kita hidup dalam kekejian sistem buatan manusia, dimana hukum Allah hanya terletak di tempat ibadah saja dan seolah tidak layak berkuasa padahal Islam adalah agama yang mampu mengatur seluruh kehidupan dengan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah Alaa minhajin Nubuwah..maka kita harus bersabar, karena bisa jadi kita tidak mampu menyekolahkan anak-anak kita di sekolah yang berkualitas dalam pandangan mabda Islam yang mencetak Mujahid dan Mujtahid, karena demokrasi tidak memberi kesempatan pada orang kecil macam kita untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan yang layak, karena itu semua hanya untuk mereka yang kaya.
Maka kita pahami, pernikahan ini kita awali dengan sebuah keyakinan akan perjuangan. Dan tetaplah saling menguatkan dan menopang dalam menghadap suatu keniscayaan yang akan kita hadapi dalam menempuh cita-cita yang kita inginkan. Bukan maksudku tuk melalaikan kewajiban jika suatu waktu aku tidak sedang berada di rumah karena dakwah...karena engkaupun tau dakwah pun adalah poros bagi kehidupan kita, tidak bisa kita memilih di antara 2 kewajiban yang tidak mungkin untuk di tinggalkan. Maka jika saat itu terjadi, percayalah bahwa aku tidak akan memilih durhaka pada engkau atau pada Tuhanku. Tetaplah menjadi penopangku duhai ayah dari para calon syuhada...
Untukmu Suamiku.. apa yang kita perjuangkan adalah bisyarah atau kabar gembira yang Allah sampaikan melalui lisan Rasulullah yang mulia..bahwa akan ada suatu masa, hukum Allah di tegakkan, panji Allah di kibarkan, dan Islam akan memimpin peradaban. Janji itu pasti wahai suamiku.. jika suatu saat nanti aku mulai meragukannya, maka tegurlah aku dengan keras karena aku telah lalai pada perjuangan..
Suamiku..engkau tau pasti, kita tidak akan mendidik dan membiarkan Mujahid-mujahidah kita bercita-cita untuk menjadi pemimpin di Negeri Kuffar jika belum juga tegak institusi yang kita rindukan.. kita akan bersama mendidik mereka menjadi generasi para syuhada, yang namanya tertulis oleh darahnya, yang bercita-cita menjadi syuhada penghulu syurga.. dan kehadirannya begitu di nantikan oleh penghuni langit..Insya Allah.
Suamiku..jika suatu hari nanti, saat hukum Allah di tegakkan dengan sempurna. Dan panggilan jihad itu pun membahana...maka demi Allah, jangan engkau pikirkan aku, Aku Ridha engkau memilih Allah dan RasulNya, memilih syahid di jalanNya, memperjuangkan kalimahNya dengan jiwa, raga bahkan nyawa...Teguhkanlah niatmu wahai kekasih hatiku, jangan lah engkau ragu jangan pula kau khawatirkan aku..karena kekhawatiran terbesarku adalah tidak membawa apa-apa yang bisa kita banggakan dihadapan kekasih hati kita kelak, Allah Rabbul Izzati.. janganlah pulang sebelum engkau membawa kemuliaan, engkau menang atau engkau syuhada...
Inilah cita-citaku sebagai seorang isteri dan ibu, mengantarkan kepergian kalian anak-anak dan suamiku di pagi hari, dan mendapati jenazah kalian pada petang hari. Demi Allah suamiku, aku akan kuat. Ku pastikan, saat itu aku akan kuat. Aku akan berdoa pada Allah agar megizinkan aku untuk tersenyum melihat kepergian kalian, duhai syuhada yang di rindukan syurga. Jika saat itu aku menangis, maka aku menangis sekedarnya saja karena kelemahanku sebagai manusia yang mencintai kalian, tapi kecintaan kalian pada Allah jauh di atas segalanya. Begitu pula kecintaanku pada Allah, hingga aku Ridho dengan kepergian kalian.. jika aku menangis maka aku bukan meratapi kepergian kalian, tapi aku menunggu akankah kesempatan itu tiba.. untuk mati dalam keadaan mulia sama seperti kalian..jika saat itu aku menangis, maka aku menangis karena aku sudah tidak punya seorang pun melainkan aku yang lemah tak berdaya untuk berperang kemudian menjemput  syuhada..maka..untuk kalian yang aku cintai.. tunggulah Ibumu di Syurga..sampaikan salam dan pesanku pada Rasulullah, karena ibu mu ini pun merindukan senyumannya saat menyambutku di JannahNya..
Duhai suamiku...yang menempati tempat salah satu bagian hatiku.. yang keRidhoanya menjadi Tujuanku setelah keRidhoan Tuhanku..
Terimalah ketaatanku dalam bingkai taat pada titah Tuhanku..karena Cinta padaNya lah kita dipersatukan, dan karena kecintaan pula kita akan dipisahkan,,,InsyaAllah

Al Khanza                                                                                 
Mujahidah Kecilmu                                                                                         Top of Form
Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar