SKENARIO LANGIT
Semua ada saatnya. Apa
yang terjadi merupakan kumpulan episode dalam naskah kehidupan yang telah di
gariskan. Yakinlah setiap sesi ada saatnya dan akan terjadi tepat pada
waktunya. Sebuah senyuman, canda, tawa, kebahagiaan yang tercipta, kesedihan yang
mendera pasti ada waktunya. Sebuah pertemuan, perpisahan dan perjumpaan kembali
tidak luput dari kuasa sang Sutradara (Allah swt).
Dan inilah saatnya…
Sang sutradara
menitahkan langit, menggariskan pertemuan dan mengikat kami dalam bingkai suci
pernikahan.. ikatan yang menguatkan perjuangan.
Karena Inilah jalan cinta kami…
Kokohkan ikatan ini
di jalan perjuangan. Izinkan kami melahirkan generasi para syuhada. Dan pertemukanlah
kami pada suatu masa yang kami yakini akan Niscaya, masa dimana PanjiMu telah
berkibar dengan gagahnya, masa dimana hukumMu diterapkan dengan Sempurna, masa
dimana Khilafah Rasyidah yang Kau janjikan tegak menjadi mercusuar dunia. Disinilah
kami di pertemukan, dijalan cinta para pejuang.”
Ku tuliskan asa ini
di penghujung malam, waktu dimana Sang Rabb begitu dekat dengan si Hamba. Ku tuliskan
dengan penuh harapan, bahwa keputusan ini karena iman, bukan karena dorongan
syeitan tapi karena aku tidak ingin mati dalam keadaan tak lengkap Dien ini..
Ya Allah sang pemilik
hati, ku sandarkan kehidupanku atas keputusanMu. Ku hadapkan wajahku dalam
meminta padaMu, perkenankanlah pilihan hatiku sebagai petunjuk dari Mu. Telah
ku pilih dia sebagai pendampingku..Calon ayah dari Mujahid-MujahidahMu.
Yaa Rabb…Skenario langit tengah berjalan…
Dengan kami sebagai pemain
utama dalam kisah yang diperankan, ada haru, ada kesedihan, ada harapan dan tak
luput rasa syukur yang teramat dalam bercampur menjadi satu dalam arti
kebahagiaan.
Allahku, skenarioMu
sungguh indah dan berjalan sempurna. Seandainya kau tampakkan penghuni langit
pada dunia, maka bergetarlah hati kami menyaksikan, betapa agung kuasaMu karena
pada saat itu bersahut-sahutan nama-Mu ditasbihkan. Jika kau perlihatkan
penghuni syurga pada dunia mungkin saat ini mereka tengah dilanda
kecemburuan. Karena pada hari ini kami telah dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan,
dengan meletakkan ketaatan pada Engkau Rabb penggenggam kehidupan, yang
Kau janjikan mendapat mimbar-mimbar Cahaya di syurga, sebagai wujud ketakwaan, Subhanallah.
“Sesungguhnya di sekitar Arsy
terdapat mimbar-mibar dari cahaya, yang diatasnya terdapat suatu kaum yang
menggunakan pakaian dari cahaya. Wajah mereka bercahaya. Mereka itu bukan Nabi
dan juga bukan syuhada. Akan tetapi para nabi dan syuhada tertegun (merasa iri)
kepada mereka sehingga mereka berkata, ‘ Wahai Rasulullah, tolong beritahu
siapa gerangan mereka itu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang
saling menjalin cinta kasih karena Allah, saling bermajelis (duduk memikirkan
sesuatu) karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah semata.“ (HR. an-Nasa’I dalam sunan
Al-kubro).
Rabb penggenggam
jiwa. Tak kuasa hamba meneteskan air mata, sungguh “NikmatMu yang mana yang kan
hamba dustakan?? Andaikan seluruh lautan Engkau jadikan tinta dan pepohonan
sebagai penanya, tak mampu hamba menuliskan betapa besar nikmat yang Engkau
berikan pada kami yang Faqir ini. Tiada kata yang mampu menggambarkan betapa
bahagianya kami hari ini, kebahagiaan yang dirasakan oleh semua makhlukMu yang
beriman, karena satu lagi pasangan yang berAzzam membangun Rumah Tangga sebagai
pengokoh perjuangan.
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Rûm [30]: 21)
Ya Allah jika Engkau
izinkan, jadikan pasangan kami sebagai penguat keimanan, di saat hantaman ujian
melanda. Jadikan pasangan kami sebagai penguat perjuangan, di kala letih
menerpa, dan jadikan pasangan kami sebagai penunjuk jalan menuju syurga. Satukanlah
kami dalam cinta padaMu, satukanlah kami dalam taat padaMu, persatukanlah kami
di dalam JannahMu.. Amin.
“Menikah adalah sunahku, maka
barangsiapa yang tidak suka dengan sunahku, ia bukan termasuk golonganku.
Menikahlah, karena aku akan membanggakan jumlahmu yang banyak di hari akhir
nanti” (HR. Ibnu
Majah)
“Ada tiga golongan yang berhak di
tolong oleh Allah SWT : seorang Mujahid dijalan Allah, Mukatab (budak yang
membeli dirinya dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya, dan orang yang
menikah karena menjauhkan diri dari yang haram” (HR. Tirmidzi)
Bismillah…nama Allah
kembali ku lisankan, sebagai awal dari tulisan. Sebuah keputusan besar sudah ku
mantapkan, keputusan yang akan membawa pada perubahan status dan peran bahkan
hak dan kewajiban. Tentang sebuah keputusan yang akan merubah hidupku,
pelengkap dan penyempurna dien dan perjuanganku Inshallah J.
Demi Allah yang jiwa
ku ada dalam genggaman-Nya, waktu hidup dan matiku ada dalam kuasaNya.
Keputusanku untuk menikah di usia muda, bukan keputusan yang tergesa-gesa tapi
karena ingin bersegera. Jelas sekali perbedaan antara keduanya, tergesa-gesa
cenderung tanpa persiapan dan hanya bermodalkan nafsu dalam memutuskan.
Sedangkan bersegera adalah tindakan karena pemahaman dan berbekal kesadaran. Dan
kesadaran akan tujuan dari segala tujuan dalam pernikahan adalah untuk
mendapatkan salah satu pintu untuk meraih keRidhoan Allah yaitu keRidhoan suami
yang karenanya Allah pun Ridha pada sang Isteri. Dan pernikahan adalah salah
satu sunah Rasul yang utama, karena ku tidak ingin mati dalam keadaan tak
lengkap Dien ini.
Hehe…awalnya aku
merasa masih sangat muda untuk bersegera merajut pernikahan, tapi ternyata
“ge-er ku” terbantahkan oleh sahabat Rasulullah Zaid Bin Tsabit yang menikah
saat berumur 12 tahun dan Usamah bin Zaid yang telah
menikah dengan Fatimah binti Qais di usia 16 tahun. Atau
sosok Shahabiyahnya adalah si cerdas Ummul Mukminin Aisyah ra dan anak yang
menjadi Ibu bagi ayahnya Fatimah Az Zahra ra yang menikah pada umur yang sangat
belia, malu rasanya karena ternyata kami sudah terlalu Uzur untuk di sebut
sebagi pasangan muda ^_^ .
Pesan dan ungkapan hati ini, ku
tujukan pada seseorang…J
Untuk Sang Suami yang telah Allah
halalkan untuk ku…
Terimakasih karena
engkau telah memilihku diantara ribuan bidadari dunia yang ada di luar sana. Padahal
aku hanya wanita biasa yang minim agama, bukan dari keturunan terpandang dan
keluarga berada juga tidak secantik sosok fiksi Anna Althafunnisa yang di
idam-idamkan kaum pria. Tak sesempurna Khadijah binti Khuwailid J
Kepada engkau yang akan menjadi pendampingku...
Dengan segala keterbatasanku sebagai
seorang hamba, awalnya aku masih wanita yang asing bagimu. Terangkanlah
apa-apa yang tidak ku mengerti tentangmu agar aku memahami apa yang tidak
membuat mu Ridha padaku, dan pasti akan ku jauhkan dari pandanganmu.
Kepada engkau yang kan menjadi nahkoda dalam perjalanan
menuju syurga..
Ketahuilah.. aku
bukan sosok Khadijah yang sabar, tabah dan pendamping sempurna dalam menghadapi
kerasnya kehidupan.. ada kalanya aku bersikap kekanak-kanakan dan tidak
sabaran, bahkan mengeluh dengan keadaan. Maka bila itu terjadi pahami lah aku,
tetaplah tersenyum padaku, jadilah lisan Allah untuku, agarku tau aku harus
mampu tangguh sebagai calon ibu dari para syuhada.
Duhai engkau yang ku pilih karena Allah..
Maafkan…jika nanti
aku tidak selalu tampil cantik di matamu. Ada kalanya aku terlihat lusuh, kusam
dan tidak nyaman untuk kau pandang..mungkin karena aku terlalu sibuk
memerankan tugasku sebagai seorang Ibu bagi calon mujahid-mujahidah kita,
karena tidak ada peranan yang lebih penting daripada peran seorang Ibu sebagai
manajer rumah tangga dengan semua aktivitasnya yang mulia. Bisa jadi aku tak
sempat bersiap diri untuk menyambutmu pulang atau bisa jadi pula kau
menemukanku menahan kantuk saat mendengar semua cerita dan keluh kesah mu
sepulang bekerja. Demi Allah bukan karena ku tak suka, tapi karena
Mujahid-mujahidah kita membuatku tidur terlalu malam untuk menenangkan tangis
mereka. Maka maafkanlah aku dan tetaplah menjadi kekuatan bagiku.
Untuk suamiku yang akan menjadi penenang hatiku...
Aku tidak setulus dan
setegar Fatimah Binti Muhammad. Mungkin kau akan menemukanku begitu marah,
manja dan menangis tanpa sebab. Bukan karena aku ingin membangkang dan
durhaka padamu, tapi karena aku adalah wanita yang bukan dari tulang ubun ia
diciptakan sehingga lupa akan pujian, bukan juga dari tulang kaki karena
khawatir akan laksana di injak dan direndahkan, melainkan ia diciptakan dari tulang
rusuk, dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.
Ketahuilah, Allah memberikanku kelebihan dalam perasaan, aku butuh engkau
sebagai tempat keluh kesahku, berbagi bebanku dan pemompa semangatku, karena
mungkin saat itu engkau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, sehingga sedikit
melupakanku dalam perhatianmu. Maka bersabarlah wahai pemimpinku yang ku
butuhkan ada engkau di sampingku.
Untukmu yang menjadi pelipur lara dan pengingat akan Tuhanku..
Engkau tau, aku tidak
seperti Aisyah ra yang cerdas dan mampu menjadi tempat bertanya para sahabat,
aku minim ilmu agama bahkan fakir dalam taat padaNya, maka bimbinglah aku
menuju Rabbku dengan ketaatan yang luar biasa, jangan pernah bosan mengajarku
tentang dunia sebagai tempat untuk menanam dan akhiratlah kita memetik
hasilnya. Jangan pernah ragu untuk memukulku, di tempat yang di bolehkan oleh
Allah, setelah aku tidak mengindahkan nasehat dan peringatanmu ketika aku mulai
menyimpang dari aturan Allah. Ajaklah aku dalam malam-malam yang mulia,
sepertiga malam dan sujud panjang yang penuh berkah. Jangan lupakan aku, dalam
mentadaburi isi alQur’an sebagai pedoman hidup sang hamba..tetap ingatkan aku
tentang sebuah perjuangan, yang telah di gariskan oleh Rasulullah dan sahabat.
Untukmu suami yang akan menguatkan perjuangan…
Suamiku..kita hidup
dalam kekejian sistem buatan manusia, dimana hukum Allah hanya terletak di
tempat ibadah saja dan seolah tidak layak berkuasa padahal Islam adalah agama
yang mampu mengatur seluruh kehidupan dengan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah
Alaa minhajin Nubuwah..maka kita harus bersabar, karena bisa jadi kita tidak
mampu menyekolahkan anak-anak kita di sekolah yang berkualitas dalam pandangan
mabda Islam yang mencetak Mujahid dan Mujtahid, karena demokrasi tidak memberi
kesempatan pada orang kecil macam kita untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan
yang layak, karena itu semua hanya untuk mereka yang kaya.
Maka kita pahami,
pernikahan ini kita awali dengan sebuah keyakinan akan perjuangan. Dan tetaplah
saling menguatkan dan menopang dalam menghadap suatu keniscayaan yang akan kita
hadapi dalam menempuh cita-cita yang kita inginkan. Bukan maksudku tuk
melalaikan kewajiban jika suatu waktu aku tidak sedang berada di rumah karena
dakwah...karena engkaupun tau dakwah pun adalah poros bagi kehidupan kita,
tidak bisa kita memilih di antara 2 kewajiban yang tidak mungkin untuk di
tinggalkan. Maka jika saat itu terjadi, percayalah bahwa aku tidak akan memilih
durhaka pada engkau atau pada Tuhanku. Tetaplah menjadi penopangku duhai ayah
dari para calon syuhada...
Untukmu Suamiku.. apa
yang kita perjuangkan adalah bisyarah atau kabar gembira yang Allah sampaikan
melalui lisan Rasulullah yang mulia..bahwa akan ada suatu masa, hukum Allah di
tegakkan, panji Allah di kibarkan, dan Islam akan memimpin peradaban. Janji itu
pasti wahai suamiku.. jika suatu saat nanti aku mulai meragukannya, maka
tegurlah aku dengan keras karena aku telah lalai pada perjuangan..
Suamiku..engkau tau
pasti, kita tidak akan mendidik dan membiarkan Mujahid-mujahidah kita
bercita-cita untuk menjadi pemimpin di Negeri Kuffar jika belum juga tegak
institusi yang kita rindukan.. kita akan bersama mendidik mereka menjadi
generasi para syuhada, yang namanya tertulis oleh darahnya, yang bercita-cita
menjadi syuhada penghulu syurga.. dan kehadirannya begitu di nantikan oleh
penghuni langit..Insya Allah.
Suamiku..jika suatu
hari nanti, saat hukum Allah di tegakkan dengan sempurna. Dan panggilan jihad
itu pun membahana...maka demi Allah, jangan engkau pikirkan aku, Aku Ridha
engkau memilih Allah dan RasulNya, memilih syahid di jalanNya, memperjuangkan
kalimahNya dengan jiwa, raga bahkan nyawa...Teguhkanlah niatmu wahai kekasih
hatiku, jangan lah engkau ragu jangan pula kau khawatirkan aku..karena
kekhawatiran terbesarku adalah tidak membawa apa-apa yang bisa kita banggakan
dihadapan kekasih hati kita kelak, Allah Rabbul Izzati.. janganlah pulang
sebelum engkau membawa kemuliaan, engkau menang atau engkau syuhada...
Inilah cita-citaku
sebagai seorang isteri dan ibu, mengantarkan kepergian kalian anak-anak dan
suamiku di pagi hari, dan mendapati jenazah kalian pada petang hari. Demi Allah
suamiku, aku akan kuat. Ku pastikan, saat itu aku akan kuat. Aku akan berdoa
pada Allah agar megizinkan aku untuk tersenyum melihat kepergian kalian, duhai
syuhada yang di rindukan syurga. Jika saat itu aku menangis, maka aku menangis
sekedarnya saja karena kelemahanku sebagai manusia yang mencintai kalian, tapi
kecintaan kalian pada Allah jauh di atas segalanya. Begitu pula kecintaanku
pada Allah, hingga aku Ridho dengan kepergian kalian.. jika aku menangis maka
aku bukan meratapi kepergian kalian, tapi aku menunggu akankah kesempatan itu
tiba.. untuk mati dalam keadaan mulia sama seperti kalian..jika saat itu aku
menangis, maka aku menangis karena aku sudah tidak punya seorang pun melainkan
aku yang lemah tak berdaya untuk berperang kemudian menjemput
syuhada..maka..untuk kalian yang aku cintai.. tunggulah Ibumu di
Syurga..sampaikan salam dan pesanku pada Rasulullah, karena ibu mu ini pun
merindukan senyumannya saat menyambutku di JannahNya..
Duhai suamiku...yang menempati tempat
salah satu bagian hatiku.. yang keRidhoanya menjadi Tujuanku setelah keRidhoan
Tuhanku..
Terimalah ketaatanku dalam bingkai taat
pada titah Tuhanku..karena Cinta padaNya lah kita dipersatukan, dan karena
kecintaan pula kita akan dipisahkan,,,InsyaAllah
Al
Khanza
Mujahidah
Kecilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar