Minggu, 03 November 2013

Sulit kubedakan antara Ego dan Cintaku

Sejak 050113, rasa itu kupendam dalam. Aku tak berani lagi melabuhkannya pd siapapun. Aku takut menodai sucinya rasaku (lagi) seperti dulu. Aku takut pd Rabb-ku...Denganmu, entaahlaah kenapa ia bisa berlabuh.

Satu hal, mungkin caraku salah menegurmu. Tak seharusnya uring-uringan. Tak melampiaskan kekesalanku, walau memang aku kesal kau selalu turut campuri langkahku. Aku tak merasa kau mendukungku, tapi membatasi ruang gerakku. Kau memintaku melakukan hal-hal yang kau sukai, tp kau lupa 'kau tak pernah tanyakan apakah aku nyaman dg apa yg kau suka'. Walau, kadang aku berpikir itu caramu menuntunku. Mgkn itu wujud sayang dan perhatianmu. Tapi, sekali aku ingin jujur sebenarnya aku tak bisa menepis egoku jika aku sudah tersinggung. Aku ini begitu labil dan sensitif, hingga sedikit saja kata yg menyinggungku, aku mudah sakit hati. Dan utk menyembunyikan rasa sakit itu aku berusaha mengedepankan ego. Aku tau caraku ini konyol dan tak benar sama sekali. Tp, kau malah menuduhku menginjakmu jika lemah lembutmu justru kubalas dgn sikap kerasku. Padahal, taukah kau? Karang yang kokoh hanya mampu diluluhlantahkan oleh lembutnya air. Bukan berarti air ingin menghabisi (menginjak) batu karang, tapi agar serpihan karang itu menambah indahnya hamparan laut.

Aku tak memintamu memahamiku dgn caraku yg salah. Sungguh aku ingin kau meluruskannya dgn kelembutan dan kesabaranmu. Bersabarlah mencintaiku, bersabarlah menuntut kerasnya hatiku. Tapi, jika bersabar tak mampu kau lakukan, maka pilihan ada ditanganmu. Tetap bersamaku atau tinggalkan aku. Mungkin, naluri seorang ibu itu benar adanya, kelak aku bukanlah orang yg layak mengisi rangkaian episode di hidupmu. Jika meninggalkanku adalah pilihanmu, lakukanlah! Jangan pedulikan aku, jgn prnh sesali prnh mengenalku. Krn mengenalku, mengajarkan arti kesabaran dlm mencintai. Mengenalku, kau mengerti bahwa kau keliru menilai kebaikan itu hanya dr covernya. Kau telah mengenalku bukan??? Aku tak semulia yg dikira, sehingga aku tak pantas dicintai. Hanya orang-orang yg luar biasa SABAR bisa menghadapiku. Aku yakin, di dunia ini masih ada orang2 yg disediakan Allah untukku, menerima kekurangan dan kelemahanku. Orang yang mengajarkan dan menyentuh hatiku dgn bimbingan titah Allah. Pasti adaaa...meskipun mgkin kau bukanlah orang itu.

Setidaknya, aku percaya satu hal, jika benar kau tulus mencintaiku, kau akan datang menemuiku. Jika kedatanganmu belum terlambat, kau akan menemuiku tersenyum menyambutmu. Tapi, jika kau terlambat, kau tak menemuiku ada lagi. Ada dua kemungkinan, aku telah dimilikinya yg luar biasa SABAR atau......aku telaah tiada utk selamanya.

Jika, kemungkinan kedua yg terjadi aku ingin berpesan padamu, "Terima kasih sayang atas cintamu selama ini.. Terima kasih telah mencintaiku dan menjagaku".

Maafkan aku. Maaf dari langit. Jangan pernah lupakan aku, jadikanlah aku bagian dari rangkaian hari dicacatan hatimu.

Khanza

Senin, 14 Oktober 2013

Resensi Buku : Karena Anda Adalah GENERASI EMAS

Judul Buku        : Karena Anda Adalah Generasi Emas
Penulis             : Anggara Novpria Densi
Penerbit           : Pustaka Jingga, Surabaya
Cetakan           : Pertama, 2013
Ukuran             : 14,8 x 21 cm
Tebal               : 220 Halaman + xx
Harga              : Rp58.000,00-

Karena Anda Adalah Generasi Emas adalah buku perdana yang ditulis oleh Anggara Novpria Densi. Dalam tiap deret kalimatnya, penulis mengajak pembaca berpikir, dan mencoba menggugah dengan motivasi melalui perantara pesan langit (wahyu).
Emas tetaplah akan menjadi emas walau zaman telah berubah dan waktu terus berputar. Tapi, emas tak akan pernah berkilau jika tak disepuh dengan kesabaran. Begitulah ibarat generasi abad ke-21 akan redup jika tak diasah, mereka akan tergerus oleh perubahan zaman. Padahal, merekalah emas dalam peradaban kelam yang akan bersinar jika menggenggam bara Islam.
Dalam buku ini, penulis merangkai pemaparan motivasi ruhiyahnya dalam 12 bab yang meyakinkan pembaca bahwa mereka adalah generasi emas. Dari 12 bab tersebut, setidaknya penulis ingin menjabarkan  6 pesan penting bagi pembaca agar mengartikan hidup tak mengalir bak sungai. Jika diumpamakan bahwa hidup bagai  lampu di dinding jika minyak habis, maka lampu pun akan padam sendiri. Orang beriman tidak pernah mempermasalahkan kapan lampu itu akan padam, yang perlu difikirkan adalah apa yang dapat diwujudkan sebelum lampu padam.
Dalam pesan pertama, penulis menggambarkan sebuah “Cermin Kehidupan” umat Islam yang semula merupakan cikal bakal kebangkitan mereka dari tatanan hidup jahiliyah. Dimana kata jahiliyah yang dulu tersemat karena ketidakmauan mereka peduli pada Sang Khaliq, tapi akhirnya mereka terjerembab dalam jerat jahiliyah modern yang telah meruntuhkan puing-puing kemuliaan peradaban yang susah payah dibangun oleh teladan agung, Rasulullah Shallahu ‘Alayhi wa Sallam.
Dalam pesan kedua, pembaca diajak berpikir tentang “Tujuan Kehidupan” pasti akan kembali pada tujuan yang merupakan titik akhir kehidupan. Disinilah lahirnya sebuah generasi idaman yaitu generasi yang akan berdiri tegar laksana batu karang meskipun sang ombak berkali-kali menerjang dan menghujam setiap perjalanan hidupnya, dia akan tetap mampu memandang jalan hidupnya laksana purnama meskipun berkali-kali awan gelap membutakan pandangannya, dia tidak akan merasa takut dengan segala bentuk keterasingan laksana bintang meskipun berlapis-lapis langit mengucilkan cahayanya dari kehidupan ini.
Dalam pesan ketiga, penulis  menyadarkan bahwa tak akan mungkin tiba di tujuan jika seorang pengembara tak membawa “Bekal Kehidupan” untuk mencapai tujuannya. Bekal yang digenggam haruslah sebuah ruh ideologi Islam nan shahih disertai quwwah ruhiyah (motivasi ruhiyah) yang tak pernah melihat kemenangan dari apa yang tampak oleh mata, tapi dari keyakinan akan pesan langit dari al-Khaliq.
Dalam pesan keempat, penulis mengingatkan lagi bahwa pengembara selain mempersiapkan bekal, ia juga harus membawa sebuah “Peta Perjalanan” agar tak tersesat dalam perjalanannya. Penulis mengajak pembaca berpikir, bahwa kini mereka hidup dalam bahtera yang dikendalikan seorang nakhoda yang tidak tahu arah tujuan dalam mengarungi lautan kehidupan. Hingga para nakhoda itu membawa bahtera ke tengah badai penderitaan dan menuju lembah kehancuran.
Setelah digambarkan persiapan yang komplit tersebut, pada pesan kelima penulis kembali mengajak pembaca melihat bahwa “Medan Perjalanan” yang ditempuh tidaklah mulus. Disini dijabarkan bahwa mereka berada di sebuah zaman fitnah yang jika tak hati-hati maka akan tergelincir dalam pemikiran pragmatis dan akhirnya tertipu olehnya.
Untuk menghadapi medan perjalanan tadi, penulis diakhir pesannya mengajak sang pengembara atau calon generasi emas menyambut sebuah “Seruan Mulia” dari titah langit agar kakinya tetap kokoh berpijak dan tetap menggenggam ruh ideologi Islam. Ini karena mereka sedang membangun pondasi peradaban emas yang pernah diruntuhkan. Tak mudah, maka dengannya penulis menyatakan “La Tahzan” agar langkah yang telah dimulai tak berbalik atau terhenti di tengah perjalanan. Generasi emas yang terpilih adalah mereka yang tangguh, atas ketangguhannya itulah ia layak “Meraih Tempat Terhormat” disisi Rabb-nya yaitu Syurga yang abadi sebagai negeri tujuan perjalanan. Mereka beroleh singgasana yang tak akan didapatkan kecuali dengan ujian dan cobaan. Bersabarlah, dan berjuanglah!
Dengan demikian, buku ini sangat direkomendasikan bagi remaja dan pemuda muslim yang menginginkan tujuan hidup yang hakiki dan kehidupanya berjalan di atas jalan keberkahan dan kemuliaan. InsyaAllah,akan menjadi bekal pemikiran untuk kebangkitan Islam di muka bumi.

BUKU INI TERBIT DAN BEREDAR DI PASARAN NOVEMBER 2013, InsyaAllah!

Oleh : Al-Khanza Demolisher

*Resensator adalah Konsultan-IKM Kemenperin RI

Senin, 12 Agustus 2013

Pilihan-Mu Terbaik

Aku bukan bidadari pemilik jagatraya
Pun bukan permaisuri  yang bertahta di singgasana
Hatiku  tak selembut sutra
Lisanku tak memukau yang meghipnotismu

Aku tak semulia Khadijah binti Khuwailid
Tak setaat Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW           
Tak secerdas Aisyah binti Abu Bakar atau
Tak setegar Sumayyah binti Khayyat,
Ku hanya berusaha mengikuti  jejak mereka

Kala langit berwarna tembikar, keras dan kusam
Sang Khaliq kerap melukis harap dalam bayangku
Sesosok yang telah dijanjikan-Nya
Entah siapa dia, aku tak tahu dan tak akan mau tahu
Sampai dipertemukan di mitsaqon ghaliza

Dan kini ku impikan pada rasa yang padat
Bukan sebuah pelarian atau hujatan
Tapi merajut mimpi baru
Untuk sebuah mahligai yang diridhoi-Nya

Ku tak menggenggam setitik dendam pun
Padamu yang mengabaikan harapku
Berlabuhlah dihati yang kau terpaut akannya
Sebab mungkin bahagiamu adalah senyumnya

Aku…
Sampai kapanpun tak akan memikirkannya
Dia juga tak perlu memikirkanku
Tapi kau…sosokmu
Tak jengahkah menghantui malam-malamku?
Tak puaskah telah menyibak tabir hidupku?
Enyahlah…bungkam kisah kita

Dia…
Ya, sosoknya yang berkelebat di benakku
Dia yang akan coba menata pelangi hatiku
Menuturkan bahasa cinta
Tak dengan hardikan
Pun makian nan meluluhlantahkan harap
Ia hadir dengan kata “Ijab qabul!

Rabu, 07 Agustus 2013

Bunga Penebar Cinta

Dalam letih ku menatap sebuah kehidupan
Hampir ku kehilangan asa dan berhenti melangkah
Merasa tak pantas tegak di bumi
Sebab menggunungnya dosa

Tapi secercah cahaya itu datang
Menyentuh qolbu yang telah lama mati
Menggugah akal yang lama tak berfungsi
Membangunkan raga yang kian tertidur

Cahaya itu adalah Islam
Menghangatkan kala dingin
Menyejukkan kala gersang
Memberi titik terang tiap masalah

Beriring dengan cahaya itu
Hadir bunga-bunga penabur semangat
Kau yang berhati lembut
Penuh keikhlasan dan ketegaran

Tegas pada penentang Rabb-nya
Tunduk pada perintah Rabb-nya
Bunga-bunga itu menabur makna
Dalam  derap langkah perjuangannya

Nikmat Islam yang mencerahkan
Membuka cakrawala dunia dengan kemilaunya
Saat kebenaran  dipertaruhkan dengan kebathilan
Hadir ditengah hiruk pikuk kebohongan
Menerangkan sebuah persepsi kebenaran
Dari merajalelanya kejahiliyahan
Simpang siurnya yang halal dan haram
Itulah Islam, memurnikan yang berkarat

Untukmu wahai bunga-bunga penebar cinta Ilahi
Terima kasih atas cinta yang  terselip dihatimu
Yang tak silau dengan carut marutnya dunia
Kau kerahkan segenap daya upaya

Terima kasih atas setiap nasihatmu
Ketika khilaf meraja dan futur menerpa
Kau hadir dengan sebait cinta
Cinta yang tak terbalas dengan sebongkah emas atau dinar

Untukmu bunga-bunga penebar cinta
Semoga aku pun kamu
Dihimpun Allah dalam bagian orang-orang yang beruntung
Dipertemukan di syurga-Nya seluas langit dan bumi


 :: Love you tetehku :'(

Rekam Jejak

Sesak...
Saat deret waktu telah berlalu
Puing-puing sesal menggerogoti qalbu
Saat bonus mulia berlalu sia-sia
Jejak itu tak tinggalkan bekas
Kecuali hanya 'menyesal'

Waktu...
Putarannya tak bisa diulang
Jejak apapun akan terekam
Betapa aku malu...
Jika jejak itu sebuah noktah hitam
Membekas, menusuk relung, menyisa tangis
Namun tiadalah bisa diubah kecuali dengan kepasrahan
Pasrah dan kembali ke titik nol
Menghamba serendah-rendahnya pada Sang Khaliq

Rekaman jejakku...
Aku malu menoleh padanya
Sebab banyak hal yang sungguh telah memenjarakan sisi gelapku
Harusnya mampu menelanjangi egoku
Meluluhlantakkan keangkuhanku
Tapi, kian kecil dan tertinggalnya langkahku

Sekali lagi....aku malu....
Malu pada mereka
Mereka yang melangkah seribu jarak dari titik ku berdiri
Mereka yang berlari bahkan terengah-engah mencapai puncak
Sementara aku....
Mendongak dari titik terendah
Berharap "Allah, peganglah tanganku mencapai puncaknya."

Waktu....
Sungguh cepat kau berlalu...
Walau...kau mengubah sedikit sisi gelapku jadi remang
Tapi, inginku gelap itu jadi berkas sinar
Hadirku...bukan cerca pun cela
Tapi rahmat bagi mereka....
Kembalikan aku dalam dekap-Mu

29 Ramadhan 1434 H/ 1 Syawal 1434 H
Di penghujung malam sang Dhoif menghiba kasih-Nya

Sidikalang, Sumut

Minggu, 28 Juli 2013

Jejak Langit

1.     Akhir Sekolah
Desa kecil di lereng bukit. Tak jelas perbukitan. Tepat disebut dataran tinggi. Dikelilingi pegunungan di setiap sisinya. Jika menapaki dari kota Medan, desa ini harus dilalui selama empat jam perjalanan. Jalanan terjal dan meliuk curam. Curam nan indah. Sepanjang perjalanan menghampar sawah ladang. Hutan yang masih hijau. Tebing di kanan dan jurang di sisi kiri. Indahnya permadani lukisan Pencipta alam semesta. Desa itu adalah desa Sinehu. Mungkin tak terkenal. Ya, memang tak terkenal karena kalian tidak pernah kenalan dengannya. Hehe...
Walau sudah banyak rumah beton. Tak jarang masih ditemui deretan rumah panggung khas adat Batak. Sebagian ada yang menjadikan kolong jadi kandang kambing. Sebagian lain menjadi tempat menimbun kayu bakar. Malah ada yang kosong melompong begitu saja.
Pagi begitu cerah. Padahal jarum jam pendek masih di angka enam. Embun tak lagi sejuk. Sebab titik demi titiknya diterpa sinar mentari. Biasanya jam segitu mash gelap. Sang mentari rupanya nongol lebih awal. Aragar manusia tak terbuai terus dalam mimpinya. Seluruh penghuni bumi mulai beranjak. Mencari setitik berkah bumi dan langit. Mengais rizki di hamparan sawah dan ladang. Sekawanan burung berkicau menyambut indahnya hari ini.
Hilir mudik mobil silih berganti. Berdesakan berburu agar segera lekas tiba di tujuan. Tak ada guratan lelah di dahi para pengemudi. Setiap pagi dihiasi dengan senyum. Tak peduli jika hari-hari harus terus bergumul dengan polutan di jalanan. Semua demi sesuap nasi dan sebongkah berlian.
Aah, bukan desa terkenal. Pemandangan hilir mudik mobil hanya akan terjadi jika disini ada kondangan. Atau jika hari Sabtu tiba, sebab ada pasarnya. Ramai orang berjualan, dari sayuran, ikan asin, perabotan rumah tangga, buah, bahkan hasil-hasil pertanian warga. Desa ini tidak banyak mobil apalagi bus sekolah. Siswa akan naik mobil pick up yang didesain sebagai mobil pengangkut sewa. Begitu malunya kami bila mobil pick up itu menurunkan kami pas di depan sekolah. Teman-teman yang lain akan menyoraki kami ini adalah sekawanan “sapi” yang akan dijual. Padahal sekolah kami juga terbilang di hutan. Oh No! Ya begitulah kondisi kami. Naik mobil “sapi” itu kalau kebetulan punya uang buat ongkos. Bagi yang nggak punya terpaksa harus jalan kaki. Menyusuri perjalanan selama dua puluh sampai tiga puluh menit.
Jalan ke desa ini tidak mulus. Sudah aspal tapi hancur ditelan usia. Sudah bertahun-tahun lamanya tidak ada pembangunan. Padahal silih berganti terjadi pergantian Bupati, Kepala Desa, pun pergantian Gubernur. Tetap saja desa kami nihil dari perhatian pemerintah. Jalanan yang hancur itulah yang setiap harinya menjadi pijakan warga desa kami. Hmm, ke sekolah jalan kaki, jalanan terjal, tetap ditelusuri bak mendaki gunung demi satu cita-cita. Tetap semangat menatap masa depan. Berawal dari sekolah dan menuntut ilmu.
Terlihat anak-anak SMP sudah lengkap dengan seragam putih birunya. Sudah mulai berangkat ke sekolah. Jika mereka tak berangkat pagi, resikonya terlambat. Jadi mereka harus berangkat jam enam atau sebelumnya. Terbayang akan jalan kaki sejauh delapan kilometer pulang pergi. Letih, capek, keringatan, kepanasan, hujan deras bahkan tak menyurutkan niat mereka untuk tetap berangkat sekolah. Mereka pun  tidak lupa sarapan. Tak jarang orang tua membawakan mereka bekal makan siang. Karena mereka akan tiba di rumah jam tiga siangnya. Begitulah keseharianku dulu waktu masih SMP.
Terlihat juga para petani, bapak-bapak yang memanggul cangkulnya. Ibu-ibu mengikuti dibelakangnya dengan ember berisi bekal makan siang selama di ladang. Mereka akan kembali lagi jika matahari telah tenggelam di ufuk Barat. Tak sedikitpun ada gurat muram diwajah mereka. Hanya aka nyeletuk jika tiba-tiba harga pupuk dan racun pemusnah ilalang meroket. Ada sebagian yang mampu merawat tanamannya dengan baik. Tak jarang dibiarkan saja tanpa pemupukan.
Begitulah rutinitas di pagi hari di desaku. Desa yang bisa disebut cukup luas dan kaya akan lahan pertanian dan perkebunan kopi robusta. Bahkan hasil kopi bubuknya terkenal hingga ke luar negeri. Kenalkan nama produk kopi bubuknya adalah kopi Sidikalang. Hehe...ada yang pernah nyicipin? Tak kalah kualitasnya dengan kopi luwak yang sekarang tenar-tenarnya.
***
Oh ya, kenalkan namaku Moza. Teman-teman suka memanggilku Oza atau Onza. Nama lengkap sebenarnya Al-Khanza tapi karena lidah orang batak sulit nyebut namaku yang rada-rada ke-Arab-an itu, ya harus rela dipanggil Moza. Apalah arti sebuah nama asal mereka memanggilku dengan nama yang baik lagi kusukai.
Aku sekolah di SMAN 1 Sinehu. Salah satu SMA di desa kami. Baru berdiri sekitar dua tahun sebelum aku kelas satu disana. Sekitar tahun 2006 lalu. Kami angkatan ketiga di sekolah itu. Bayangkan saja, sekolah yang baru berdiri. Waktu itu gedungnya hanya ada tiga. Masing-masing satu kelas dari kelas satu sampai tiga. Sehingga, ketika angkatan kami masuk kelas itu jadi tak memadai menampung siswa baru. Kami waktu itu ada dua kelas. Sedangkan ruangannya hanya tiga dan satu ruang kantor guru. Letak kantor guru dan ruangan kelas berhadapan dengan jarak yang lumayan jauh. Di sebelah kanan pintu masuk sekolah ada sebuah kantin.
Mengantisipasi keterbatasan ruangan tersebut, kami bergiliran memakai ruangannya. Pagi hari ruangan dipakai untuk kelas dua dan tiga. Sedangkan sore hari dipakai oleh kelas satu. Jadi tak heran jika kami pulang sekolah jam enam sore. Kami lalui kondisi tersebut selama satu semester penuh. Setelahnya ada bantuan untuk pembangunan dua rungan kelas lagi.
Sekolah kami jauh dari keramaian. Berada di tengah sawah ladang penduduk. Di perbukitan dan dihimpit sebuah bukit namanya Dolok Siraut. Bukit tersebut adalah tempat penambangan batu kapur. Disana juga banyak penambang yang mengais batu gamping. Batu gamping ini digunakan untuk membuat dolomit. Dolomit berfungsi untuk menyuburkan lahan pertanian yang rata-rata gersang di kabupatenku.
Dari jalan raya lintas kota Sidikalang-Tigalingga masuk ke dalam sejauh 100 atau 150 meter. Jadi tidak ada kebisingan atau hiruk pikuk kendaraan. Yang ada malah sejuk, dingin, dan sunyi. Jalan ke sekolah awalnya masih bebatuan belum diaspal. Tidak ada angkot kesini. Hanya ada satu dua itupun pada saat-saat tertentu saja.
Oh ya, kondisi tiga ruangan kelas tersebut juga cukup miris. Masih berlantai semen dan berdinding bata belum diplester. Tanah lapangan yang kerap dipakai upacara berwarna merah. Jika hujan menempel di sepatu, jika kemarau debunya beterbangan kemana-mana. Cukup gersang. Tak ada tanaman bunga yang tumbuh indah disini. Kecuali bunga yang tumbuh di taman di depan kelas. Dan beberapa pepohonan pinus yang sengaja ditanam untuk merindangkan sekolah.
Walaupun begitu, aku tak pernah berhati kecil bersekolah disana. Tiga tahun sekolah disana tetap saja aku mampu bersiang dengan orang yang sekolah di kota. Hal ini, ketika ak ikut event olimpiade sains aku masih mampu menyandang peringkat sepuluh besar dari puluhan sekolah SMA sederajat di Kabupatenku. Olimpiade sains bidang astronomi maupun bidang Biologi. Setidaknya berdasarkan kualitas sekolahku tidak kalah saing.
Sejak SMP hingga SMA aku selalu membintangi juara kelas. Walau tak selalu bertengger di peringkat pertama. Tapi aku selalu mengantongi peringkat tiga besar selama sekolah. Bahkan ketika SMP aku pernah menjadi juara tiga umum dari 200 siswa lima kelas paralel. Aku sangat menikmati dunia pendidikan. Bahkan aku merasa itulah satu-satunya cara untuk mengubah nasib.
Kenapa aku begitu peduli pada pendidikan? Dan kenapa mampu bertahan dan tetap bersinar walau terdampar di sekolah yang –menurut orang– tidak elit sama sekali?
Mungkin banyak bernasib serupa denganku. Sejak SMP aku sudah tidak tinggal bersama orangtuaku. Sejak ayahku meninggal ketika aku masih kelas lima SD. Ibuku hanya mampu menyekolahkanku hingga tamat SD saja. Sepeninggal ayah, Ibu menjadi tulang punggung tunggal dalam keluarga kami.
Kami ada tujuh orang bersaudara. Aku anak ketiga dari ketujuhnya. Kakakku yang pertama namanya Nur hanya sekolah sampai kelas dua SMP karena terkendala biaya sekolah. Akhirnya ia berhenti sekolah dan bekerja di kota. Abangku yang kedua namanya Syarif juga berhenti sekolah sampai kelas satu SMP saja. Kata orang karena dia bandal tapi bukan itu alasannya. Sama nasibnya dengan kakakku. Dia juga memutuskan merantau.
Dengan bantuan mereka kami dapat melanjutkan sekolah. Ada empat orang lagi adik lagi dibawahku. Semuanya sekolah di desa ini kecuali yang kelima, sejak kelas dua SD dia dibawa pamanku ke Jakarta. Namanya Susi. Ia dibawa setelah ayahku meninggal.
 Aku tinggal di rumah nenekku sejak SMP hingga SMA. Sedangkan adikku yang keempat juga turut tinggal bersamaku di rumah nenek. Dia kelas satu dan aku kelas tiga SMA. Nenek yang memintanya. Jarak rumah nenek tidak begitu jauh dari rumahku. Hanya jalan kami satu menit saja sampai. Jadi, hanya ada dua adikku yang tinggal bersama ibu. Mereka adalah Uti dan Dedek.
Ibuku, layak kuacungi jempol dari setiap tetes peluhnya memperjuangkan kedua adikku itu sekolah. Dulu, ibuku tak pernah ke ladang. Bahkan memacul sawahpun ia tak pernah. Namun, demi keduanya ia memacul sawah dan bekerja membanting tulang di ladang orang. Terkadang hatiku sangat teriris sakit. Tak ada yang bisa kulakukan untuk membantu ibuku. Sementara aku juga dibiayai orang lain. Mungkin, jika bersama ibu aku tak akan bisa melanjutkan sekolah hingga SMA seperti ini. Tapi itu hanya mungkin. Sebab rizki Allah siapa yang tahu?

Aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberi kekuatan dan kesehatan pada ibuku. Hingga kelak kami mampu meringankan beban beratnya. Sosoknya mengingatkanku pada ayah. Ayah yang telah menjadikan siangnya untuk mencari nafkah demi kami.
--------------------------------------------------------- 

Sabtu, 13 Juli 2013

Keutamaan Menangis Kerana Takut dan Rindu Kepada Allah

Bab 54
Keutamaan Menangis Kerana Takut Kepada-Allah Ta'ala Dan Kerana Rindu PadaNya
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang beriman itu sama meniarap dengan dagunya sambil menangis dan al-Quran itu menambah ketundukan mereka." (al-lsra': 109)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Adakah dari pembicaraan - al-Quran - ini engkau semua menjadi hairan, lalu engkau semua ketawa dan tidak menangis?" (an-Najm: 59-60)

445. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: "Bacakanlah al-Quran untukku." Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah saya akan membacakan al-Quran itu, sedangkan ia diturunkan atas Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Saya senang kalau mendengarnya dari orang lain."
Saya lalu membacakan untuknya surah an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat- yang ertinya: "Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas ummat ini?" - Surat an-Nisa' 41.
Setelah itu Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya menoleh kepada beliau s.a.w., tiba-tiba kedua mata beliau itu meleleh airmatanya." (Muttafaq 'alaih)

446. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berkhutbah, tidak pernah saya mendengar suatu khutbah pun yang semacam itu -kerana amat menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda:
"Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang saya ketahui, nescaya engkau semua akan ketawa sedikit dan menangis banyak-banyak." Anas berkata: "Maka para sahabat Rasulullah s.a.w. sama menutupi mukanya sendiri-sendiri dan mereka itu menangis terisak-isak." (Muttafaq 'alaih)
Keterangannya telah lampau dalam bab: Takut.

447. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis kerana takut kepada Allah sehingga susu itu dapat kembali ke teteknya - menunjukkan suatu kemustahilan. Tidak akan berkumpullah debu fi-sabilillah itu* dengan asap neraka Jahanam."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

448. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada tujuh macam orang yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada hari yang tiada naungan melainkan naunganNya sendiri - yakni hari kiamat, iaitu imam - kepala atau pemimpin - yang adil. Pemuda yang membesar -sejak kecilnya - dalam beribadat kepada Allah, orang yang hatinya tergantung - sangat memerhatikan -kepada masjid-masjid dua orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas keadaan sedemikian itu dan keduanya berpisah atas keadaan sedemikian itu pula, orang lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan berparas cantik, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - demikian pula sebaliknya, iaitu wanita yang diajak lelaki lalu bersikap seperti di atas, juga orang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu disembunyikan sedekahnya itu sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang dinafkahkan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat pada Allah di waktu keadaan sunyi lalu melelehlah airmata dari kedua matanya." (Muttafaq 'alaih)
Maksudnya ialah berjihad memerangi musuh agama Allah sewaktu-waktu untuk mengharapkan keredhaanNya.

449. Dari Abdullah bin asy-Syikhkhir r.a., katanya: "Saya mendatangi Rasulullah s.a.w. dan beliau sedang bersembahyang dan dari dadanya itu terdengar suara bagaikan mendidihnya kuali kerana beliau sedang menangis."
Hadis hasan shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dalam asy-Syamail dengan isnad yang shahih.

450. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Ubay bin Ka'ab r.a., demikian:
"Sesungguhnya Allah Azzawajalla menyuruh padaku supaya saya bacakan untukmu ayat ini - ertinya: "Tidaklah akan dapat meninggalkan orang-orang kafir dari ahlul-kitab dan musyrik itu - akan kepercayaannya yang sesat - sampai datang kepada mereka keterangan yang jelas. "Albayyinah" 1-8. Ia berkata: "Apakah Allah menjelaskan namaku pada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya." Kemudian Ubay r.a. menangis." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat lain disebutkan: "Maka Ubay mulai menangis." - Ubay adalah seorang dari golongan sahabat Anshar.
Keterangan:
Sebabnya Ubay r.a. menangis ialah kerana terharu hatinya, gembira bercampur rasa takut kepada Allah Ta'ala, kerana merasa masih kurang kebaktian serta ketaatan yang dilakukan olehnya. Ada pun rasa terharunya itu di antaranya disebabkan kerana dalam surat "Albayyinah" bahagian terakhir dijelaskan bahawa orang-orang semacam sahabat Ubay r.a. itu amat diredhai oleh Allah Ta'ala dan orang itu pun benar-benar sudah redha kepadaNya. Manakala seseorang itu telah diredhai oleh Allah, maka tiada lain tempatnya di akhirat nanti, kecuali syurga.

451. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma sesudah wafatnya Rasulullah s.a.w.: "Mari kita bersama-sama berangkat ke tempat Ummu Aiman untuk menziarahinya, sebagaimana halnya Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya." Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, lalu wanita ini menangis. Keduanya berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahawasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w." Ummu Aiman lalu menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah menangis kerana saya tidak mengetahui bahawasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w., tetapi saya menangis ini ialah kerana sesungguhnya wahyu itu telah terputus - sebab Nabi s.a.w. telah wafat." Maka ucapan Ummu Aiman menggerakkan hati kedua sahabat itu untuk menangis. Kemudian keduanya itu pun menangis bersama Ummu Aiman.
Hadis di atas sudah disebutkan dalam bab: Menziarahi orang-orang ahli kebaikan - lihat Hadis no. 359.

452. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ketika sudah sangat geringnya Rasulullah s.a.w., lalu ditanyakan padanya siapa yang akan menjadi imam shalat. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Perintahkanlah pada Abu Bakar, supaya ia bersembahyang menjadi imam orang-orang banyak!" Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu adalah seorang lelaki yang lemah, jikalau membaca al-Quran, maka bacaannya terkalahkan oleh tangisnya - sehingga bacaannya tidak jelas." Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Perintahkanlah pada Abu Bakar supaya bersembahyang sebagai imam!"
Dalam lain riwayat disebutkan: Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu apabila mengganti kedudukan Tuan - sebagai imam, ia tidak dapat memperdengarkan suaranya kepada orang-orang banyak sebab tangisnya." (Muttafaq 'alaih)

453. Dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin 'Auf, bahawasanya Abdur Rahman bin 'Auf r.a. diberi hidangan makanan, sedangkan waktu itu ia berpuasa, lalu ia berkata: "Mus'ab bin Umair itu terbunuh - fi-sabilillah. Ia adalah seorang yang lebih baik daripada-ku, tetapi tidak ada yang digunakan untuk mengafaninya - membungkus janazahnya - kecuali selembar burdah. Jikalau kepalanya ditutup, maka nampaklah kedua kakinya dan jikalau kedua kakinya ditutup maka nampaklah kepalanya. Selanjutnya untuk kita sekarang ini dunia telah dibeberkan seluas-luasnya - banyak rezeki. Atau ia berkata: "Kita telah dikurniai rezeki dunia sebagaimana yang kita terima ini - amat banyak sekali. Kita benar-benar takut kalau-kalau kebaikan-kebaikan kita ini didahulukan untuk kita sekarang - sejak kita di dunia ini, sedang di akhirat tidak dapat bahagian apa-apa." Selanjutnya ia lalu menangis dan makanan itu ditinggalkan. (Riwayat Bukhari)

454. Dari Abu Umamah, iaitu Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tiada sesuatupun yang lebih dicintai oleh Allah Ta'ala daripada dua titisan dan dua bekas. Dua titisan itu ialah titisan airmata kerana takut kepada Allah dan titisan darah yang dialirkan fi sabilillah. Adapun dua bekas iaitu bekas luka fi-sabilillah dan bekas dalam mengerjakan kefardhuan dari beberapa kefardhuan Allah Ta'ala - semacam bekas sujud dan lain-lain."
Diriwayatkan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Dalam bab ini masih banyak lagi Hadisnya, di antaranya ialah Hadisnya al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua diberi nasihat oleh Rasulullah s.a.w., iaitu suatu nasihat yang semua hati dapat menjadi takut kerananya dan mata pun dapat melelehkan airmata." Hadis ini telah lalu dalam bab: Melarang kebid'ahan-kebid'ahan - lihat Hadis no. 157 dan 171.


Dikutip dari kitab Riyadhus Shalihin (Taman-taman Orang-orang Shalih) oleh Imam An Nawawi [Kitab 1]

Kamis, 11 Juli 2013

Keutamaan Mencintai Kerana Allah

Bab 46

Keutamaan Mencintai Kerana Allah Dan Menganjurkan Sikap Sedemikian, Juga Memberitahukannya Seseorang Kepada Orang Yang Dicintainya Bahawa Ia Mencintainya Dan Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Diberitahu Sedemikian Itu

Allah Ta'ala berfirman:
"Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang beserta Muhammad itu mempunyai sikap keras - tegas - terhadap kaum kafir, tetapi saling kasih-mengasihi antara sesama kaum mu'minin." sampai ke akhir surah. (al-Fath: 29)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan orang-orang yang telah lebih dulu dari mereka bertempat tinggal  dalam  kampung -  Madinah   - serta  beriman [39]  mereka menunjukkan   kasih-sayang   kepada  orang  yang  berpindah   ke kampung mereka itu." (al-Hasyr: 9)

374. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan kerana Allah, dan jikalau seseorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'alaih)

375. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Ada tujuh macam orang yang akan dapat diberi naungan oleh Allah  dalam   naunganNya  pada  hari  tiada   naungan   melainkan naunganNya [40] - yakni pada hari kiamat, iaitu: imam - pemimpin atau kepala - yang adil, pemuda yang tumbuh - sejak kecil - dalam beribadat kepada Allah Azza wa jalla, seseorang yang hatinya tergantung - sangat memerhatikan - kepada masjid-masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas keadaan yang sedemikian serta berpisah pun demikian pula, seseorang Ielaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang Ielaki, seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu - tidak menampak-nampakkannya, sehingga dapat dikatakan bahawa tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seseorang yang ingat kepada Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehkan airmata dari kedua matanya." [41] (Muttafaq 'alaih)

376. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat: "Manakah orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan saya beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri." (Riwayat Muslim)

377. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, engkau semua tidak dapat masuk syurga sehingga engkau semua beriman dan engkau semua belum disebut beriman sehingga engkau semua saling cinta-mencintai. Sukakah engkau saya beri petunjuk pada sesuatu yang apabila itu engkau semua lakukan, maka engkau semua dapat saling cinta-mencintai? Sebarkanlah ucapan salam antara engkau semua." (Riwayat Muslim)

378. Dari Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang Ielaki berziarah kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan," kemudian dihuraikannya Hadis itu sampai kepada sabdanya: "Sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu kerana Allah." (Riwayat Muslim)
Hadis ini telah lalu dalam bab yang sebelum ini - lihat Hadis no. 260.

379. Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu'anhuma dari Nabi s.a.w. bahawasanya beliau bersabda mengenai golongan sahabat Anshar:
"Tidak mencintai kaum Anshar itu melainkan orang mu'min dan tidak membenci mereka itu melainkan orang munafiq; barangsiapa yang mencintai mereka, maka ia dicintai oleh Allah dan barangsiapa membenci mereka, maka mereka dibenci oleh Allah." (Muttafaq 'alaih)

380. Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah 'Azzawajalla berfirman:
"Orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana keagunganKu, maka mereka itu akan memiliki mimbar-mimbar dari cahaya yang diinginkan pula oleh para nabi dan para syahid - mati dalam peperangan untuk membela agama Allah."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

381. Dari Abu ldris al-Khawlani rahimahullah, katanya: "Saya memasuki masjid Damsyik, tiba-tiba di situ ada seorang pemuda yang bercahaya giginya - yakni suka sekali tersenyum - dan sekalian manusia besertanya. Jikalau orang-orang itu berselisih mengenai sesuatu hal, mereka lalu menyerahkan persoalan itu kepadanya dan mereka mengeluarkan huraian dari pendapatnya, kemudian saya bertanya mengenai dirinya, lalu menerima jawapan: "Ini adalah Mu'az bin Jabal. Setelah hari esoknya, saya datang pagi-pagi sekali, lalu saya dapati Mu'az sudah mendahului saya datang paginya. Ia saya temui sedang bersembahyang. Kemudian saya menantikannya sehingga ia menyelesaikan shalatnya. Seterusnya saya pun mendatanginya dari arah mukanya, lalu saya mengucapkan salam padanya, kemudian saya berkata: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu kerana Allah." Ia berkata: "Kerana Allahkah?" Saya menjawab: "Ya, kerana Allah." Ia berkata: "Kerana Allah?" Saya menjawab: "Ya, kerana Allah." Mu'az lalu mengambil belitan selendangku,kemudian menarik tubuhku kepadanya, terus berkata: "Bergembiralah engkau, kerana sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Wajiblah kecintaanKu itu kepada orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana Aku, duduk-duduk bersama kerana Aku, saling ziarah-menziarahi kerana Aku dan saling hadiah-menghadiahi kerana Aku."
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Almuwaththa' dengan isnadnya yang shahih.
Sabda Nabi s.a.w.: Hajartu ertinya berpagi-pagi sekali mendatangi, ini adalah dengan syaddahnya jim. Sabdanya s.a.w.: Aallahi, faqultu: Allah. Yang pertama dengan hamzah mamdudah untuk istifham - pertanyaan, sedang yang kedua tanpa mad.

382. Dari Abu Karimah iaitu al-Miqdad - di sebahagian naskhah disebut al-Miqdam-bin Ma'dikariba r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Jikalau seseorang itu mencintai saudaranya, maka hendaklah memberitahukan pada saudaranya itu bahawa ia mencintainya."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

383. Dari Mu'az r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan bersabda:
"Hai Mu'az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu. Kemudian saya hendak berwasiat padamu hai Mu'az, iaitu: Janganlah setiap selesai shalat meninggalkan bacaan - yang ertinya:
Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap mengingatMu serta bersyukur padaMu, juga berilah saya pertolongan untuk Beribadat yang sebaik-baiknya padaMu."
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad shahih.

384. Dari Anas r.a. bahawasanya ada seorang lelaki yang berada di sisi Nabi s.a.w., lalu ada seorang lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat beliau berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini." Nabi s.a.w. bertanya: "Adakah engkau sudah memberitahukan padanya tentang itu?" Ia menjawab: "Tidak - belum saya beritahukan." Nabi s.a.w. bersabda: "Beritahukanlah padanya." Orang yang bersama beliau s.a.w. lalu menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu berkata: "Sesungguhnya saya mencintaimu." Orang itu lalu menjawab: "Engkau juga dicintai oleh Allah yang kerana Allah itulah engkau mencintai aku." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

Dikutip dari Kitab Imam An Nawawi : Riyadhus Shalihin (Taman-taman orang-orang shalih)

Catatan Kaki:

39. Yang dimaksudkan ialah kaum Anshar radhiallahu 'anhuma, sebab merekalah yang menetap terus di Madinah dan telah meresaplah rasa keimanan dalam jiwa mereka.

40. Naungan Tuhan ini dapat diartikan secara sebenarnya yakni naungan dari 'arasynya Tuhan, tetapi dapat pula diertikan sebagai kinayah yakni dalam lindungan Tuhan dan ditempatkan di tempat yang dimuliakan.

41. Meleleh airmatanya, maksudnya ialah kerana ingatannya memusat betul-betul kepada Allah, merasa banyak dosa yang dilakukan, juga karena amat rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diridhai olehNya.