Sejak 050113, rasa itu kupendam dalam. Aku tak berani lagi melabuhkannya pd siapapun. Aku takut menodai sucinya rasaku (lagi) seperti dulu. Aku takut pd Rabb-ku...Denganmu, entaahlaah kenapa ia bisa berlabuh.
Satu hal, mungkin caraku salah menegurmu. Tak seharusnya uring-uringan. Tak melampiaskan kekesalanku, walau memang aku kesal kau selalu turut campuri langkahku. Aku tak merasa kau mendukungku, tapi membatasi ruang gerakku. Kau memintaku melakukan hal-hal yang kau sukai, tp kau lupa 'kau tak pernah tanyakan apakah aku nyaman dg apa yg kau suka'. Walau, kadang aku berpikir itu caramu menuntunku. Mgkn itu wujud sayang dan perhatianmu. Tapi, sekali aku ingin jujur sebenarnya aku tak bisa menepis egoku jika aku sudah tersinggung. Aku ini begitu labil dan sensitif, hingga sedikit saja kata yg menyinggungku, aku mudah sakit hati. Dan utk menyembunyikan rasa sakit itu aku berusaha mengedepankan ego. Aku tau caraku ini konyol dan tak benar sama sekali. Tp, kau malah menuduhku menginjakmu jika lemah lembutmu justru kubalas dgn sikap kerasku. Padahal, taukah kau? Karang yang kokoh hanya mampu diluluhlantahkan oleh lembutnya air. Bukan berarti air ingin menghabisi (menginjak) batu karang, tapi agar serpihan karang itu menambah indahnya hamparan laut.
Aku tak memintamu memahamiku dgn caraku yg salah. Sungguh aku ingin kau meluruskannya dgn kelembutan dan kesabaranmu. Bersabarlah mencintaiku, bersabarlah menuntut kerasnya hatiku. Tapi, jika bersabar tak mampu kau lakukan, maka pilihan ada ditanganmu. Tetap bersamaku atau tinggalkan aku. Mungkin, naluri seorang ibu itu benar adanya, kelak aku bukanlah orang yg layak mengisi rangkaian episode di hidupmu. Jika meninggalkanku adalah pilihanmu, lakukanlah! Jangan pedulikan aku, jgn prnh sesali prnh mengenalku. Krn mengenalku, mengajarkan arti kesabaran dlm mencintai. Mengenalku, kau mengerti bahwa kau keliru menilai kebaikan itu hanya dr covernya. Kau telah mengenalku bukan??? Aku tak semulia yg dikira, sehingga aku tak pantas dicintai. Hanya orang-orang yg luar biasa SABAR bisa menghadapiku. Aku yakin, di dunia ini masih ada orang2 yg disediakan Allah untukku, menerima kekurangan dan kelemahanku. Orang yang mengajarkan dan menyentuh hatiku dgn bimbingan titah Allah. Pasti adaaa...meskipun mgkin kau bukanlah orang itu.
Setidaknya, aku percaya satu hal, jika benar kau tulus mencintaiku, kau akan datang menemuiku. Jika kedatanganmu belum terlambat, kau akan menemuiku tersenyum menyambutmu. Tapi, jika kau terlambat, kau tak menemuiku ada lagi. Ada dua kemungkinan, aku telah dimilikinya yg luar biasa SABAR atau......aku telaah tiada utk selamanya.
Jika, kemungkinan kedua yg terjadi aku ingin berpesan padamu, "Terima kasih sayang atas cintamu selama ini.. Terima kasih telah mencintaiku dan menjagaku".
Maafkan aku. Maaf dari langit. Jangan pernah lupakan aku, jadikanlah aku bagian dari rangkaian hari dicacatan hatimu.
Khanza
Minggu, 03 November 2013
Senin, 14 Oktober 2013
Resensi Buku : Karena Anda Adalah GENERASI EMAS
Judul Buku : Karena Anda
Adalah Generasi Emas
Penulis : Anggara Novpria Densi
Penerbit : Pustaka Jingga, Surabaya
Cetakan : Pertama, 2013
Ukuran : 14,8 x 21 cm
Tebal : 220 Halaman + xx
Harga : Rp58.000,00-
Karena Anda Adalah Generasi Emas adalah buku perdana yang
ditulis oleh Anggara Novpria Densi. Dalam tiap deret kalimatnya, penulis
mengajak pembaca berpikir, dan mencoba menggugah dengan motivasi melalui
perantara pesan langit (wahyu).
Emas tetaplah akan menjadi emas walau zaman telah berubah dan
waktu terus berputar. Tapi, emas tak akan pernah berkilau jika tak disepuh
dengan kesabaran. Begitulah ibarat generasi abad ke-21 akan redup jika tak
diasah, mereka akan tergerus oleh perubahan zaman. Padahal, merekalah emas
dalam peradaban kelam yang akan bersinar jika menggenggam bara Islam.
Dalam buku ini, penulis merangkai pemaparan motivasi
ruhiyahnya dalam 12 bab yang meyakinkan pembaca bahwa mereka adalah generasi
emas. Dari 12 bab tersebut, setidaknya penulis ingin menjabarkan 6 pesan penting bagi pembaca agar mengartikan
hidup tak mengalir bak sungai. Jika diumpamakan bahwa hidup bagai lampu di dinding jika
minyak habis, maka lampu pun akan padam sendiri. Orang beriman tidak pernah
mempermasalahkan kapan lampu itu akan padam, yang perlu difikirkan adalah apa
yang dapat diwujudkan sebelum lampu padam.
Dalam
pesan pertama, penulis menggambarkan sebuah “Cermin Kehidupan” umat Islam yang semula merupakan cikal bakal
kebangkitan mereka dari tatanan hidup jahiliyah. Dimana kata jahiliyah yang
dulu tersemat karena ketidakmauan mereka peduli pada Sang Khaliq, tapi akhirnya
mereka terjerembab dalam jerat jahiliyah modern yang telah meruntuhkan puing-puing
kemuliaan peradaban yang susah payah dibangun oleh teladan agung, Rasulullah
Shallahu ‘Alayhi wa Sallam.
Dalam pesan kedua, pembaca diajak
berpikir tentang “Tujuan Kehidupan”
pasti akan kembali pada tujuan yang merupakan titik akhir kehidupan. Disinilah
lahirnya sebuah generasi idaman yaitu generasi yang akan berdiri tegar laksana
batu karang meskipun sang ombak berkali-kali menerjang dan menghujam setiap
perjalanan hidupnya, dia akan tetap mampu memandang jalan hidupnya laksana
purnama meskipun berkali-kali awan gelap membutakan pandangannya, dia tidak akan
merasa takut dengan segala bentuk keterasingan laksana bintang meskipun
berlapis-lapis langit mengucilkan cahayanya dari kehidupan ini.
Dalam pesan ketiga, penulis menyadarkan bahwa tak akan mungkin tiba di
tujuan jika seorang pengembara tak membawa “Bekal Kehidupan” untuk mencapai tujuannya. Bekal yang digenggam
haruslah sebuah ruh ideologi Islam nan shahih disertai quwwah ruhiyah (motivasi
ruhiyah) yang tak pernah melihat kemenangan dari apa yang tampak oleh mata,
tapi dari keyakinan akan pesan langit dari al-Khaliq.
Dalam pesan keempat, penulis
mengingatkan lagi bahwa pengembara selain mempersiapkan bekal, ia juga harus
membawa sebuah “Peta Perjalanan” agar
tak tersesat dalam perjalanannya. Penulis mengajak pembaca berpikir, bahwa kini
mereka hidup dalam bahtera yang dikendalikan seorang nakhoda yang tidak tahu
arah tujuan dalam mengarungi lautan kehidupan. Hingga para nakhoda itu membawa
bahtera ke tengah badai penderitaan dan menuju lembah kehancuran.
Setelah digambarkan persiapan
yang komplit tersebut, pada pesan kelima penulis kembali mengajak pembaca
melihat bahwa “Medan Perjalanan”
yang ditempuh tidaklah mulus. Disini dijabarkan bahwa mereka berada di sebuah
zaman fitnah yang jika tak hati-hati maka akan tergelincir dalam pemikiran
pragmatis dan akhirnya tertipu olehnya.
Untuk menghadapi medan perjalanan
tadi, penulis diakhir pesannya mengajak sang pengembara atau calon generasi
emas menyambut sebuah “Seruan Mulia”
dari titah langit agar kakinya tetap kokoh berpijak dan tetap menggenggam ruh ideologi
Islam. Ini karena mereka sedang membangun pondasi peradaban emas yang pernah
diruntuhkan. Tak mudah, maka dengannya penulis menyatakan “La Tahzan” agar langkah yang telah dimulai tak berbalik atau
terhenti di tengah perjalanan. Generasi emas yang terpilih adalah mereka yang
tangguh, atas ketangguhannya itulah ia layak “Meraih Tempat Terhormat” disisi Rabb-nya yaitu Syurga yang abadi
sebagai negeri tujuan perjalanan. Mereka beroleh singgasana yang tak akan
didapatkan kecuali dengan ujian dan cobaan. Bersabarlah, dan berjuanglah!
Dengan demikian, buku ini sangat
direkomendasikan bagi remaja dan pemuda muslim yang menginginkan tujuan hidup
yang hakiki dan kehidupanya berjalan di atas jalan keberkahan dan kemuliaan.
InsyaAllah,akan menjadi bekal pemikiran untuk kebangkitan Islam di muka bumi.
BUKU INI TERBIT DAN BEREDAR DI PASARAN
NOVEMBER 2013, InsyaAllah!
Oleh
: Al-Khanza Demolisher
*Resensator
adalah Konsultan-IKM Kemenperin RI
Senin, 12 Agustus 2013
Pilihan-Mu Terbaik
Aku
bukan bidadari pemilik jagatraya
Pun
bukan permaisuri yang bertahta di
singgasana
Hatiku tak selembut sutra
Lisanku
tak memukau yang meghipnotismu
Aku
tak semulia Khadijah binti Khuwailid
Tak setaat Fatimah az-Zahra
binti Muhammad SAW
Tak secerdas Aisyah
binti Abu Bakar atau
Tak setegar Sumayyah
binti Khayyat,
Ku
hanya berusaha mengikuti jejak mereka
Kala
langit berwarna tembikar, keras dan kusam
Sang
Khaliq kerap melukis harap dalam bayangku
Sesosok
yang telah dijanjikan-Nya
Entah
siapa dia, aku tak tahu dan tak akan mau tahu
Sampai
dipertemukan di mitsaqon ghaliza
Dan
kini ku impikan pada rasa yang padat
Bukan
sebuah pelarian atau hujatan
Tapi
merajut mimpi baru
Untuk
sebuah mahligai yang diridhoi-Nya
Ku
tak menggenggam setitik dendam pun
Padamu
yang mengabaikan harapku
Berlabuhlah
dihati yang kau terpaut akannya
Sebab
mungkin bahagiamu adalah senyumnya
Aku…
Sampai
kapanpun tak akan memikirkannya
Dia
juga tak perlu memikirkanku
Tapi
kau…sosokmu
Tak
jengahkah menghantui malam-malamku?
Tak puaskah telah menyibak tabir hidupku?
Tak puaskah telah menyibak tabir hidupku?
Enyahlah…bungkam
kisah kita
Dia…
Ya,
sosoknya yang berkelebat di benakku
Dia
yang akan coba menata pelangi hatiku
Menuturkan
bahasa cinta
Tak
dengan hardikan
Pun
makian nan meluluhlantahkan harap
Ia
hadir dengan kata “Ijab qabul!
Rabu, 07 Agustus 2013
Bunga Penebar Cinta
Dalam
letih ku menatap sebuah kehidupan
Hampir
ku kehilangan asa dan berhenti melangkah
Merasa
tak pantas tegak di bumi
Sebab
menggunungnya dosa
Tapi
secercah cahaya itu datang
Menyentuh
qolbu yang telah lama mati
Menggugah
akal yang lama tak berfungsi
Membangunkan
raga yang kian tertidur
Cahaya
itu adalah Islam
Menghangatkan
kala dingin
Menyejukkan
kala gersang
Memberi
titik terang tiap masalah
Beriring
dengan cahaya itu
Hadir
bunga-bunga penabur semangat
Kau
yang berhati lembut
Penuh
keikhlasan dan ketegaran
Tegas
pada penentang Rabb-nya
Tunduk
pada perintah Rabb-nya
Bunga-bunga
itu menabur makna
Dalam derap langkah perjuangannya
Nikmat
Islam yang mencerahkan
Membuka
cakrawala dunia dengan kemilaunya
Saat
kebenaran dipertaruhkan dengan
kebathilan
Hadir
ditengah hiruk pikuk kebohongan
Menerangkan
sebuah persepsi kebenaran
Dari
merajalelanya kejahiliyahan
Simpang
siurnya yang halal dan haram
Itulah
Islam, memurnikan yang berkarat
Untukmu
wahai bunga-bunga penebar cinta Ilahi
Terima
kasih atas cinta yang terselip dihatimu
Yang
tak silau dengan carut marutnya dunia
Kau
kerahkan segenap daya upaya
Terima
kasih atas setiap nasihatmu
Ketika
khilaf meraja dan futur menerpa
Kau
hadir dengan sebait cinta
Cinta
yang tak terbalas dengan sebongkah emas atau dinar
Untukmu
bunga-bunga penebar cinta
Semoga
aku pun kamu
Dihimpun
Allah dalam bagian orang-orang yang beruntung
Dipertemukan
di syurga-Nya seluas langit dan bumi
:: Love you tetehku :'(
Rekam Jejak
Sesak...
Saat deret waktu telah berlalu
Puing-puing sesal menggerogoti qalbu
Saat bonus mulia berlalu sia-sia
Jejak itu tak tinggalkan bekas
Kecuali hanya 'menyesal'
Waktu...
Putarannya tak bisa diulang
Jejak apapun akan terekam
Betapa aku malu...
Jika jejak itu sebuah noktah hitam
Membekas, menusuk relung, menyisa tangis
Namun tiadalah bisa diubah kecuali dengan kepasrahan
Pasrah dan kembali ke titik nol
Menghamba serendah-rendahnya pada Sang Khaliq
Rekaman jejakku...
Aku malu menoleh padanya
Sebab banyak hal yang sungguh telah memenjarakan sisi gelapku
Harusnya mampu menelanjangi egoku
Meluluhlantakkan keangkuhanku
Tapi, kian kecil dan tertinggalnya langkahku
Sekali lagi....aku malu....
Malu pada mereka
Mereka yang melangkah seribu jarak dari titik ku berdiri
Mereka yang berlari bahkan terengah-engah mencapai puncak
Sementara aku....
Mendongak dari titik terendah
Berharap "Allah, peganglah tanganku mencapai puncaknya."
Waktu....
Sungguh cepat kau berlalu...
Walau...kau mengubah sedikit sisi gelapku jadi remang
Tapi, inginku gelap itu jadi berkas sinar
Hadirku...bukan cerca pun cela
Tapi rahmat bagi mereka....
Kembalikan aku dalam dekap-Mu
29 Ramadhan 1434 H/ 1 Syawal 1434 H
Di penghujung malam sang Dhoif menghiba kasih-Nya
Sidikalang, Sumut
Saat deret waktu telah berlalu
Puing-puing sesal menggerogoti qalbu
Saat bonus mulia berlalu sia-sia
Jejak itu tak tinggalkan bekas
Kecuali hanya 'menyesal'
Waktu...
Putarannya tak bisa diulang
Jejak apapun akan terekam
Betapa aku malu...
Jika jejak itu sebuah noktah hitam
Membekas, menusuk relung, menyisa tangis
Namun tiadalah bisa diubah kecuali dengan kepasrahan
Pasrah dan kembali ke titik nol
Menghamba serendah-rendahnya pada Sang Khaliq
Rekaman jejakku...
Aku malu menoleh padanya
Sebab banyak hal yang sungguh telah memenjarakan sisi gelapku
Harusnya mampu menelanjangi egoku
Meluluhlantakkan keangkuhanku
Tapi, kian kecil dan tertinggalnya langkahku
Sekali lagi....aku malu....
Malu pada mereka
Mereka yang melangkah seribu jarak dari titik ku berdiri
Mereka yang berlari bahkan terengah-engah mencapai puncak
Sementara aku....
Mendongak dari titik terendah
Berharap "Allah, peganglah tanganku mencapai puncaknya."
Waktu....
Sungguh cepat kau berlalu...
Walau...kau mengubah sedikit sisi gelapku jadi remang
Tapi, inginku gelap itu jadi berkas sinar
Hadirku...bukan cerca pun cela
Tapi rahmat bagi mereka....
Kembalikan aku dalam dekap-Mu
29 Ramadhan 1434 H/ 1 Syawal 1434 H
Di penghujung malam sang Dhoif menghiba kasih-Nya
Sidikalang, Sumut
Minggu, 28 Juli 2013
Jejak Langit
1.
Akhir Sekolah
Desa kecil di lereng bukit. Tak jelas perbukitan. Tepat
disebut dataran tinggi. Dikelilingi pegunungan di setiap sisinya. Jika menapaki
dari kota Medan, desa ini harus dilalui selama empat jam perjalanan. Jalanan
terjal dan meliuk curam. Curam nan indah. Sepanjang perjalanan menghampar sawah
ladang. Hutan yang masih hijau. Tebing di kanan dan jurang di sisi kiri. Indahnya
permadani lukisan Pencipta alam semesta. Desa itu adalah desa Sinehu. Mungkin
tak terkenal. Ya, memang tak terkenal karena kalian tidak pernah kenalan
dengannya. Hehe...
Walau sudah banyak rumah beton. Tak jarang masih ditemui
deretan rumah panggung khas adat Batak. Sebagian ada yang menjadikan kolong
jadi kandang kambing. Sebagian lain menjadi tempat menimbun kayu bakar. Malah
ada yang kosong melompong begitu saja.
Pagi begitu cerah. Padahal jarum jam pendek masih di
angka enam. Embun tak lagi sejuk. Sebab titik demi titiknya diterpa sinar
mentari. Biasanya jam segitu mash gelap. Sang mentari rupanya nongol lebih
awal. Aragar manusia tak terbuai terus dalam mimpinya. Seluruh penghuni bumi
mulai beranjak. Mencari setitik berkah bumi dan langit. Mengais rizki di
hamparan sawah dan ladang. Sekawanan burung berkicau menyambut indahnya hari
ini.
Hilir mudik mobil silih berganti. Berdesakan berburu
agar segera lekas tiba di tujuan. Tak ada guratan lelah di dahi para pengemudi.
Setiap pagi dihiasi dengan senyum. Tak peduli jika hari-hari harus terus
bergumul dengan polutan di jalanan. Semua demi sesuap nasi dan sebongkah
berlian.
Aah, bukan desa terkenal. Pemandangan hilir mudik mobil
hanya akan terjadi jika disini ada kondangan. Atau jika hari Sabtu tiba, sebab
ada pasarnya. Ramai orang berjualan, dari sayuran, ikan asin, perabotan rumah
tangga, buah, bahkan hasil-hasil pertanian warga. Desa ini tidak banyak mobil
apalagi bus sekolah. Siswa akan naik mobil pick
up yang didesain sebagai mobil pengangkut sewa. Begitu malunya kami bila
mobil pick up itu menurunkan kami pas di depan sekolah. Teman-teman yang lain
akan menyoraki kami ini adalah sekawanan “sapi” yang akan dijual. Padahal
sekolah kami juga terbilang di hutan. Oh No! Ya begitulah kondisi kami. Naik
mobil “sapi” itu kalau kebetulan punya uang buat ongkos. Bagi yang nggak punya
terpaksa harus jalan kaki. Menyusuri perjalanan selama dua puluh sampai tiga
puluh menit.
Jalan ke desa ini tidak mulus. Sudah aspal tapi hancur
ditelan usia. Sudah bertahun-tahun lamanya tidak ada pembangunan. Padahal silih
berganti terjadi pergantian Bupati, Kepala Desa, pun pergantian Gubernur. Tetap
saja desa kami nihil dari perhatian pemerintah. Jalanan yang hancur itulah yang
setiap harinya menjadi pijakan warga desa kami. Hmm, ke sekolah jalan kaki, jalanan
terjal, tetap ditelusuri bak mendaki gunung demi satu cita-cita. Tetap semangat
menatap masa depan. Berawal dari sekolah dan menuntut ilmu.
Terlihat anak-anak SMP sudah lengkap dengan seragam
putih birunya. Sudah mulai berangkat ke sekolah. Jika mereka tak berangkat
pagi, resikonya terlambat. Jadi mereka harus berangkat jam enam atau sebelumnya.
Terbayang akan jalan kaki sejauh delapan kilometer pulang pergi. Letih, capek,
keringatan, kepanasan, hujan deras bahkan tak menyurutkan niat mereka untuk
tetap berangkat sekolah. Mereka pun tidak lupa sarapan. Tak jarang orang tua
membawakan mereka bekal makan siang. Karena mereka akan tiba di rumah jam tiga
siangnya. Begitulah keseharianku dulu waktu masih SMP.
Terlihat juga para petani, bapak-bapak yang memanggul
cangkulnya. Ibu-ibu mengikuti dibelakangnya dengan ember berisi bekal makan
siang selama di ladang. Mereka akan kembali lagi jika matahari telah tenggelam
di ufuk Barat. Tak sedikitpun ada gurat muram diwajah mereka. Hanya aka
nyeletuk jika tiba-tiba harga pupuk dan racun pemusnah ilalang meroket. Ada
sebagian yang mampu merawat tanamannya dengan baik. Tak jarang dibiarkan saja
tanpa pemupukan.
Begitulah rutinitas di pagi hari di desaku. Desa yang
bisa disebut cukup luas dan kaya akan lahan pertanian dan perkebunan kopi
robusta. Bahkan hasil kopi bubuknya terkenal hingga ke luar negeri. Kenalkan
nama produk kopi bubuknya adalah kopi Sidikalang. Hehe...ada yang pernah
nyicipin? Tak kalah kualitasnya dengan kopi luwak yang sekarang tenar-tenarnya.
***
Oh ya, kenalkan namaku Moza. Teman-teman suka memanggilku
Oza atau Onza. Nama lengkap sebenarnya Al-Khanza tapi karena lidah orang batak
sulit nyebut namaku yang rada-rada ke-Arab-an itu, ya harus rela dipanggil
Moza. Apalah arti sebuah nama asal mereka memanggilku dengan nama yang baik
lagi kusukai.
Aku sekolah di SMAN 1 Sinehu. Salah satu SMA di desa
kami. Baru berdiri sekitar dua tahun sebelum aku kelas satu disana. Sekitar
tahun 2006 lalu. Kami angkatan ketiga di sekolah itu. Bayangkan saja, sekolah
yang baru berdiri. Waktu itu gedungnya hanya ada tiga. Masing-masing satu kelas
dari kelas satu sampai tiga. Sehingga, ketika angkatan kami masuk kelas itu jadi
tak memadai menampung siswa baru. Kami waktu itu ada dua kelas. Sedangkan
ruangannya hanya tiga dan satu ruang kantor guru. Letak kantor guru dan ruangan
kelas berhadapan dengan jarak yang lumayan jauh. Di sebelah kanan pintu masuk
sekolah ada sebuah kantin.
Mengantisipasi keterbatasan ruangan tersebut, kami
bergiliran memakai ruangannya. Pagi hari ruangan dipakai untuk kelas dua dan
tiga. Sedangkan sore hari dipakai oleh kelas satu. Jadi tak heran jika kami
pulang sekolah jam enam sore. Kami lalui kondisi tersebut selama satu semester
penuh. Setelahnya ada bantuan untuk pembangunan dua rungan kelas lagi.
Sekolah kami jauh dari keramaian. Berada di tengah sawah
ladang penduduk. Di perbukitan dan dihimpit sebuah bukit namanya Dolok Siraut.
Bukit tersebut adalah tempat penambangan batu kapur. Disana juga banyak
penambang yang mengais batu gamping. Batu gamping ini digunakan untuk membuat
dolomit. Dolomit berfungsi untuk menyuburkan lahan pertanian yang rata-rata
gersang di kabupatenku.
Dari jalan raya lintas kota Sidikalang-Tigalingga masuk
ke dalam sejauh 100 atau 150 meter. Jadi tidak ada kebisingan atau hiruk pikuk
kendaraan. Yang ada malah sejuk, dingin, dan sunyi. Jalan ke sekolah awalnya
masih bebatuan belum diaspal. Tidak ada angkot kesini. Hanya ada satu dua
itupun pada saat-saat tertentu saja.
Oh ya, kondisi tiga ruangan kelas tersebut juga cukup
miris. Masih berlantai semen dan berdinding bata belum diplester. Tanah
lapangan yang kerap dipakai upacara berwarna merah. Jika hujan menempel di
sepatu, jika kemarau debunya beterbangan kemana-mana. Cukup gersang. Tak ada
tanaman bunga yang tumbuh indah disini. Kecuali bunga yang tumbuh di taman di
depan kelas. Dan beberapa pepohonan pinus yang sengaja ditanam untuk
merindangkan sekolah.
Walaupun begitu, aku tak pernah berhati kecil bersekolah
disana. Tiga tahun sekolah disana tetap saja aku mampu bersiang dengan orang
yang sekolah di kota. Hal ini, ketika ak ikut event olimpiade sains aku masih
mampu menyandang peringkat sepuluh besar dari puluhan sekolah SMA sederajat di
Kabupatenku. Olimpiade sains bidang astronomi maupun bidang Biologi. Setidaknya
berdasarkan kualitas sekolahku tidak kalah saing.
Sejak SMP hingga SMA aku selalu membintangi juara kelas.
Walau tak selalu bertengger di peringkat pertama. Tapi aku selalu mengantongi
peringkat tiga besar selama sekolah. Bahkan ketika SMP aku pernah menjadi juara
tiga umum dari 200 siswa lima kelas paralel. Aku sangat menikmati dunia
pendidikan. Bahkan aku merasa itulah satu-satunya cara untuk mengubah nasib.
Kenapa aku begitu peduli pada pendidikan? Dan kenapa
mampu bertahan dan tetap bersinar walau terdampar di sekolah yang –menurut orang–
tidak elit sama sekali?
Mungkin banyak bernasib serupa denganku. Sejak SMP aku
sudah tidak tinggal bersama orangtuaku. Sejak ayahku meninggal ketika aku masih
kelas lima SD. Ibuku hanya mampu menyekolahkanku hingga tamat SD saja. Sepeninggal
ayah, Ibu menjadi tulang punggung tunggal dalam keluarga kami.
Kami ada tujuh orang bersaudara. Aku anak ketiga dari
ketujuhnya. Kakakku yang pertama namanya Nur hanya sekolah sampai kelas dua SMP
karena terkendala biaya sekolah. Akhirnya ia berhenti sekolah dan bekerja di
kota. Abangku yang kedua namanya Syarif juga berhenti sekolah sampai kelas satu
SMP saja. Kata orang karena dia bandal tapi bukan itu alasannya. Sama nasibnya
dengan kakakku. Dia juga memutuskan merantau.
Dengan bantuan mereka kami dapat melanjutkan sekolah. Ada
empat orang lagi adik lagi dibawahku. Semuanya sekolah di desa ini kecuali yang
kelima, sejak kelas dua SD dia dibawa pamanku ke Jakarta. Namanya Susi. Ia
dibawa setelah ayahku meninggal.
Aku tinggal di
rumah nenekku sejak SMP hingga SMA. Sedangkan adikku yang keempat juga turut
tinggal bersamaku di rumah nenek. Dia kelas satu dan aku kelas tiga SMA. Nenek
yang memintanya. Jarak rumah nenek tidak begitu jauh dari rumahku. Hanya jalan
kami satu menit saja sampai. Jadi, hanya ada dua adikku yang tinggal bersama
ibu. Mereka adalah Uti dan Dedek.
Ibuku, layak kuacungi jempol dari setiap tetes peluhnya
memperjuangkan kedua adikku itu sekolah. Dulu, ibuku tak pernah ke ladang.
Bahkan memacul sawahpun ia tak pernah. Namun, demi keduanya ia memacul sawah
dan bekerja membanting tulang di ladang orang. Terkadang hatiku sangat teriris
sakit. Tak ada yang bisa kulakukan untuk membantu ibuku. Sementara aku juga
dibiayai orang lain. Mungkin, jika bersama ibu aku tak akan bisa melanjutkan
sekolah hingga SMA seperti ini. Tapi itu hanya mungkin. Sebab rizki Allah siapa
yang tahu?
Aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberi kekuatan dan
kesehatan pada ibuku. Hingga kelak kami mampu meringankan beban beratnya. Sosoknya
mengingatkanku pada ayah. Ayah yang telah menjadikan siangnya untuk mencari
nafkah demi kami.
---------------------------------------------------------
Sabtu, 13 Juli 2013
Keutamaan Menangis Kerana Takut dan Rindu Kepada Allah
Bab 54
Keutamaan
Menangis Kerana Takut Kepada-Allah Ta'ala Dan Kerana Rindu PadaNya
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang
beriman itu sama meniarap dengan dagunya sambil menangis dan al-Quran itu
menambah ketundukan mereka." (al-lsra': 109)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Adakah dari pembicaraan - al-Quran -
ini engkau semua menjadi hairan, lalu engkau semua ketawa dan tidak
menangis?" (an-Najm: 59-60)
445. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya:
"Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: "Bacakanlah al-Quran untukku."
Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah saya akan membacakan al-Quran itu,
sedangkan ia diturunkan atas Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Saya
senang kalau mendengarnya dari orang lain."
Saya lalu membacakan untuknya surah an-Nisa',
sehingga sampailah saya pada ayat- yang ertinya: "Bagaimanakah ketika Kami
datangkan kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas
ummat ini?" - Surat an-Nisa' 41.
Setelah itu Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya menoleh kepada beliau
s.a.w., tiba-tiba kedua mata beliau itu meleleh airmatanya." (Muttafaq
'alaih)
446. Dari Anas r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. berkhutbah, tidak pernah saya mendengar suatu khutbah
pun yang semacam itu -kerana amat menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda:
"Andaikata engkau semua dapat mengetahui
apa yang saya ketahui, nescaya engkau semua akan ketawa sedikit dan menangis
banyak-banyak." Anas berkata: "Maka para sahabat Rasulullah s.a.w.
sama menutupi mukanya sendiri-sendiri dan mereka itu menangis
terisak-isak." (Muttafaq 'alaih)
Keterangannya telah lampau dalam bab: Takut.
447. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak akan masuk neraka seseorang yang
menangis kerana takut kepada Allah sehingga susu itu dapat kembali ke teteknya
- menunjukkan suatu kemustahilan. Tidak akan berkumpullah debu fi-sabilillah
itu* dengan asap neraka Jahanam."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia
mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
448. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada tujuh macam orang yang akan
dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada hari yang tiada naungan melainkan
naunganNya sendiri - yakni hari kiamat, iaitu imam - kepala atau pemimpin -
yang adil. Pemuda yang membesar -sejak kecilnya - dalam beribadat kepada Allah,
orang yang hatinya tergantung - sangat memerhatikan -kepada masjid-masjid dua
orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas keadaan
sedemikian itu dan keduanya berpisah atas keadaan sedemikian itu pula, orang
lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan berparas cantik,
lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," -
demikian pula sebaliknya, iaitu wanita yang diajak lelaki lalu bersikap seperti
di atas, juga orang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu disembunyikan
sedekahnya itu sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang
dinafkahkan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat pada Allah di waktu
keadaan sunyi lalu melelehlah airmata dari kedua matanya." (Muttafaq
'alaih)
Maksudnya ialah berjihad memerangi musuh
agama Allah sewaktu-waktu untuk mengharapkan keredhaanNya.
449. Dari Abdullah bin asy-Syikhkhir r.a.,
katanya: "Saya mendatangi Rasulullah s.a.w. dan beliau sedang
bersembahyang dan dari dadanya itu terdengar suara bagaikan mendidihnya kuali
kerana beliau sedang menangis."
Hadis hasan shahih yang diriwayatkan oleh
Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dalam asy-Syamail dengan isnad yang shahih.
450. Dari Anas r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Ubay bin Ka'ab r.a., demikian:
"Sesungguhnya Allah Azzawajalla menyuruh
padaku supaya saya bacakan untukmu ayat ini - ertinya: "Tidaklah akan
dapat meninggalkan orang-orang kafir dari ahlul-kitab dan musyrik itu - akan
kepercayaannya yang sesat - sampai datang kepada mereka keterangan yang jelas.
"Albayyinah" 1-8. Ia berkata: "Apakah Allah menjelaskan namaku
pada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya." Kemudian Ubay r.a.
menangis." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat lain disebutkan:
"Maka Ubay mulai menangis." - Ubay adalah seorang dari golongan
sahabat Anshar.
Keterangan:
Sebabnya Ubay r.a. menangis ialah kerana
terharu hatinya, gembira bercampur rasa takut kepada Allah Ta'ala, kerana
merasa masih kurang kebaktian serta ketaatan yang dilakukan olehnya. Ada pun
rasa terharunya itu di antaranya disebabkan kerana dalam surat
"Albayyinah" bahagian terakhir dijelaskan bahawa orang-orang semacam
sahabat Ubay r.a. itu amat diredhai oleh Allah Ta'ala dan orang itu pun
benar-benar sudah redha kepadaNya. Manakala seseorang itu telah diredhai oleh
Allah, maka tiada lain tempatnya di akhirat nanti, kecuali syurga.
451. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Abu
Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma sesudah wafatnya Rasulullah
s.a.w.: "Mari kita bersama-sama berangkat ke tempat Ummu Aiman untuk
menziarahinya, sebagaimana halnya Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya."
Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, lalu wanita ini menangis. Keduanya
berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui
bahawasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah
s.a.w." Ummu Aiman lalu menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah
menangis kerana saya tidak mengetahui bahawasanya apa yang ada di sisi Allah
itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w., tetapi saya menangis ini ialah kerana
sesungguhnya wahyu itu telah terputus - sebab Nabi s.a.w. telah wafat."
Maka ucapan Ummu Aiman menggerakkan hati kedua sahabat itu untuk menangis.
Kemudian keduanya itu pun menangis bersama Ummu Aiman.
Hadis di atas sudah disebutkan dalam bab:
Menziarahi orang-orang ahli kebaikan - lihat Hadis no. 359.
452. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Ketika sudah sangat geringnya Rasulullah s.a.w., lalu ditanyakan
padanya siapa yang akan menjadi imam shalat. Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Perintahkanlah pada Abu Bakar, supaya ia bersembahyang menjadi imam
orang-orang banyak!" Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Sesungguhnya
Abu Bakar itu adalah seorang lelaki yang lemah, jikalau membaca al-Quran, maka
bacaannya terkalahkan oleh tangisnya - sehingga bacaannya tidak jelas."
Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Perintahkanlah pada Abu Bakar supaya bersembahyang
sebagai imam!"
Dalam lain riwayat disebutkan: Dari Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar
itu apabila mengganti kedudukan Tuan - sebagai imam, ia tidak dapat
memperdengarkan suaranya kepada orang-orang banyak sebab tangisnya."
(Muttafaq 'alaih)
453. Dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin 'Auf,
bahawasanya Abdur Rahman bin 'Auf r.a. diberi hidangan makanan, sedangkan waktu
itu ia berpuasa, lalu ia berkata: "Mus'ab bin Umair itu terbunuh -
fi-sabilillah. Ia adalah seorang yang lebih baik daripada-ku, tetapi tidak ada
yang digunakan untuk mengafaninya - membungkus janazahnya - kecuali selembar
burdah. Jikalau kepalanya ditutup, maka nampaklah kedua kakinya dan jikalau
kedua kakinya ditutup maka nampaklah kepalanya. Selanjutnya untuk kita sekarang
ini dunia telah dibeberkan seluas-luasnya - banyak rezeki. Atau ia berkata:
"Kita telah dikurniai rezeki dunia sebagaimana yang kita terima ini - amat
banyak sekali. Kita benar-benar takut kalau-kalau kebaikan-kebaikan kita ini
didahulukan untuk kita sekarang - sejak kita di dunia ini, sedang di akhirat
tidak dapat bahagian apa-apa." Selanjutnya ia lalu menangis dan makanan
itu ditinggalkan. (Riwayat Bukhari)
454. Dari Abu Umamah, iaitu Shuday bin 'Ajlan
al-Bahili r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Tiada sesuatupun yang lebih dicintai
oleh Allah Ta'ala daripada dua titisan dan dua bekas. Dua titisan itu ialah
titisan airmata kerana takut kepada Allah dan titisan darah yang dialirkan fi
sabilillah. Adapun dua bekas iaitu bekas luka fi-sabilillah dan bekas dalam
mengerjakan kefardhuan dari beberapa kefardhuan Allah Ta'ala - semacam bekas
sujud dan lain-lain."
Diriwayatkan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan
bahawa ini adalah Hadis hasan.
Dalam bab ini masih banyak lagi Hadisnya, di
antaranya ialah Hadisnya al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua
diberi nasihat oleh Rasulullah s.a.w., iaitu suatu nasihat yang semua hati
dapat menjadi takut kerananya dan mata pun dapat melelehkan airmata." Hadis
ini telah lalu dalam bab: Melarang kebid'ahan-kebid'ahan - lihat Hadis no. 157
dan 171.
Dikutip dari kitab Riyadhus Shalihin (Taman-taman Orang-orang Shalih) oleh Imam An Nawawi [Kitab 1]
Kamis, 11 Juli 2013
Keutamaan Mencintai Kerana Allah
Bab
46
Keutamaan
Mencintai Kerana Allah Dan Menganjurkan Sikap Sedemikian, Juga Memberitahukannya
Seseorang Kepada Orang Yang Dicintainya Bahawa Ia Mencintainya Dan Apa Yang
Diucapkan Oleh Orang Yang Diberitahu Sedemikian Itu
Allah
Ta'ala berfirman:
"Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang beserta Muhammad itu
mempunyai sikap keras - tegas -
terhadap kaum kafir, tetapi
saling kasih-mengasihi antara sesama kaum mu'minin." sampai ke
akhir surah. (al-Fath: 29)
Allah Ta'ala
berfirman pula:
"Dan orang-orang yang
telah lebih dulu dari mereka bertempat tinggal dalam
kampung - Madinah - serta
beriman [39] mereka menunjukkan
kasih-sayang kepada orang
yang berpindah ke kampung mereka itu."
(al-Hasyr: 9)
374. Dari Anas r.a.
dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Ada tiga perkara,
barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu
dapat merasakan manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih
dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai
orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan kerana Allah, dan
jikalau seseorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah
diselamatkan oleh Allah dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau
dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'alaih)
375. Dari Abu
Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Ada tujuh macam orang yang akan dapat
diberi naungan oleh Allah dalam naunganNya
pada hari tiada
naungan melainkan naunganNya [40] -
yakni pada hari kiamat, iaitu: imam - pemimpin atau kepala - yang adil, pemuda
yang tumbuh - sejak kecil - dalam beribadat kepada Allah Azza wa jalla,
seseorang yang hatinya tergantung - sangat memerhatikan - kepada masjid-masjid,
dua orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas
keadaan yang sedemikian serta berpisah pun demikian pula, seseorang Ielaki yang
diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia
berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - ataupun sebaliknya yakni
yang diajak itu ialah wanita oleh seorang Ielaki, seseorang yang bersedekah
dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu - tidak
menampak-nampakkannya, sehingga dapat dikatakan bahawa tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seseorang yang ingat
kepada Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehkan airmata dari kedua matanya."
[41] (Muttafaq 'alaih)
376. Dari Abu
Hurairah r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah
Ta'ala berfirman pada hari kiamat: "Manakah orang-orang yang saling
cinta-mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan saya beri
naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri." (Riwayat
Muslim)
377. Dari Abu
Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Demi Zat yang jiwaku
ada di dalam genggaman kekuasaanNya, engkau semua tidak dapat masuk syurga
sehingga engkau semua beriman dan engkau semua belum disebut beriman sehingga
engkau semua saling cinta-mencintai. Sukakah engkau saya beri petunjuk pada
sesuatu yang apabila itu engkau semua lakukan, maka engkau semua dapat saling
cinta-mencintai? Sebarkanlah ucapan salam antara engkau semua." (Riwayat
Muslim)
378. Dari Hurairah
r.a. pula dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang Ielaki berziarah kepada
seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang
malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan," kemudian dihuraikannya Hadis
itu sampai kepada sabdanya: "Sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana
engkau mencintai saudaramu itu kerana Allah." (Riwayat Muslim)
Hadis ini telah lalu
dalam bab yang sebelum ini - lihat Hadis no. 260.
379. Dari Albara' bin
'Azib radhiallahu'anhuma dari Nabi s.a.w. bahawasanya beliau bersabda mengenai
golongan sahabat Anshar:
"Tidak mencintai kaum
Anshar itu melainkan orang mu'min dan tidak membenci mereka itu melainkan orang
munafiq; barangsiapa yang mencintai mereka, maka ia dicintai oleh Allah dan
barangsiapa membenci mereka, maka mereka dibenci oleh Allah." (Muttafaq
'alaih)
380. Dari Mu'az r.a.,
katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah 'Azzawajalla
berfirman:
"Orang-orang yang
saling cinta-mencintai kerana keagunganKu, maka mereka itu akan memiliki
mimbar-mimbar dari cahaya yang diinginkan pula oleh para nabi dan para syahid -
mati dalam peperangan untuk membela agama Allah."
Diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
381. Dari Abu ldris
al-Khawlani rahimahullah, katanya: "Saya memasuki masjid Damsyik, tiba-tiba di
situ ada seorang pemuda yang bercahaya giginya - yakni suka sekali tersenyum -
dan sekalian manusia besertanya. Jikalau orang-orang itu berselisih mengenai
sesuatu hal, mereka lalu menyerahkan persoalan itu kepadanya dan mereka
mengeluarkan huraian dari pendapatnya, kemudian saya bertanya mengenai dirinya,
lalu menerima jawapan: "Ini adalah Mu'az bin Jabal. Setelah hari esoknya, saya
datang pagi-pagi sekali, lalu saya dapati Mu'az sudah mendahului saya datang
paginya. Ia saya temui sedang bersembahyang. Kemudian saya menantikannya
sehingga ia menyelesaikan shalatnya. Seterusnya saya pun mendatanginya dari arah
mukanya, lalu saya mengucapkan salam padanya, kemudian saya berkata: "Demi
Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu kerana Allah." Ia berkata: "Kerana
Allahkah?" Saya menjawab: "Ya, kerana Allah." Ia berkata: "Kerana Allah?" Saya
menjawab: "Ya, kerana Allah." Mu'az lalu mengambil belitan selendangku,kemudian
menarik tubuhku kepadanya, terus berkata: "Bergembiralah engkau, kerana
sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Tabaraka
wa Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Wajiblah kecintaanKu itu kepada
orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana Aku, duduk-duduk bersama kerana
Aku, saling ziarah-menziarahi kerana Aku dan saling hadiah-menghadiahi kerana
Aku."
Hadis shahih yang
diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Almuwaththa' dengan isnadnya yang
shahih.
Sabda Nabi s.a.w.:
Hajartu ertinya berpagi-pagi sekali mendatangi, ini adalah dengan
syaddahnya jim. Sabdanya s.a.w.: Aallahi, faqultu: Allah. Yang pertama
dengan hamzah mamdudah untuk istifham - pertanyaan, sedang yang kedua tanpa
mad.
382. Dari Abu Karimah
iaitu al-Miqdad - di sebahagian naskhah disebut al-Miqdam-bin Ma'dikariba r.a.
dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Jikalau seseorang
itu mencintai saudaranya, maka hendaklah memberitahukan pada saudaranya itu
bahawa ia mencintainya."
Diriwayatkan oleh
Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis
hasan shahih.
383. Dari Mu'az r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan bersabda:
"Hai Mu'az, demi
Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu. Kemudian saya hendak berwasiat padamu
hai Mu'az, iaitu: Janganlah setiap selesai shalat meninggalkan bacaan - yang
ertinya:
Ya Allah, berilah
saya pertolongan untuk tetap mengingatMu serta bersyukur padaMu, juga berilah
saya pertolongan untuk Beribadat yang sebaik-baiknya padaMu."
Hadis shahih yang
diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad shahih.
384. Dari Anas r.a.
bahawasanya ada seorang lelaki yang berada di sisi Nabi s.a.w., lalu ada seorang
lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat beliau berkata: "Ya
Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini." Nabi s.a.w. bertanya:
"Adakah engkau sudah memberitahukan padanya tentang itu?" Ia menjawab: "Tidak -
belum saya beritahukan." Nabi s.a.w. bersabda: "Beritahukanlah padanya." Orang
yang bersama beliau s.a.w. lalu menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu
berkata: "Sesungguhnya saya mencintaimu." Orang itu lalu menjawab: "Engkau juga
dicintai oleh Allah yang kerana Allah itulah engkau mencintai aku." Diriwayatkan oleh
Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Dikutip dari Kitab Imam An Nawawi : Riyadhus Shalihin (Taman-taman orang-orang shalih)
Catatan Kaki:
39. Yang dimaksudkan ialah kaum Anshar radhiallahu 'anhuma, sebab merekalah yang menetap terus di Madinah dan telah meresaplah rasa keimanan dalam jiwa mereka.
40. Naungan Tuhan ini dapat diartikan secara sebenarnya yakni naungan dari 'arasynya Tuhan, tetapi dapat pula diertikan sebagai kinayah yakni dalam lindungan Tuhan dan ditempatkan di tempat yang dimuliakan.
41. Meleleh airmatanya, maksudnya ialah kerana ingatannya memusat betul-betul kepada Allah, merasa banyak dosa yang dilakukan, juga karena amat rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diridhai olehNya.
39. Yang dimaksudkan ialah kaum Anshar radhiallahu 'anhuma, sebab merekalah yang menetap terus di Madinah dan telah meresaplah rasa keimanan dalam jiwa mereka.
40. Naungan Tuhan ini dapat diartikan secara sebenarnya yakni naungan dari 'arasynya Tuhan, tetapi dapat pula diertikan sebagai kinayah yakni dalam lindungan Tuhan dan ditempatkan di tempat yang dimuliakan.
41. Meleleh airmatanya, maksudnya ialah kerana ingatannya memusat betul-betul kepada Allah, merasa banyak dosa yang dilakukan, juga karena amat rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diridhai olehNya.
Langganan:
Postingan (Atom)