Senin, 21 Januari 2013

Malaikat Kecil Itu



Ternyata pertemuan singkat itu cukup membekas. Kata mereka, pertemuan tak bisa diulang persis dengan kejadian yang sama. Kalaupun akan bertemu pasti dengan suasana yang berbeda lagi. Mungkin ada benarnya juga. Tapi satu keyakinanku bahwa kehadiran sosok itu telah membolak-balikkan pemikiranku.
Aku tak bisa membayangkan jika saja ia tak pernah hadir dalam episode hidupku. Begitu singkatkah pertemuan itu? apa aku masih bisa bertemu dengannya lagi? Jarak yang begitu jauh telah memisahkan kami.
Ree…itu nama yang telah memberi warna baru dalam celah hidupku. Dia hadir saat ku haus ilmu. Hadirnya menyejukkan jiwaku yang kerontang dari rahmat-Nya. Aku masih terpaku. Ku baru menyadari setelah ia pergi. Siapa yang merencanakan pertemuan ini? Batinku. Sungguh tiada kata yang terindah untuk ku tengadahkan sebagai wujud syukurku.
Ada detik yang tak mampu kuputar kembali. Itulah pertemuanku dengan Ree. Kehadirannya bak malaikat kecil dalam hidupku. Sosoknya tak secantik bidadari kahyangan. Ia juga tak selembut sutra. Tutur katanya tak mendayu-dayu. Tapi hadirnya seperti sosok monster yang tegas. Ia tak berlemah lembut dengan kemaksiatan. Kata-katanya lantang mengungkapkan kebenaran.
Ada benang kusut yang tak mampu ku urai. Itulah masalahku yang telah terpecahkan olehnya. Kebisuanku menyibak kelamnya hatiku dari kasih-Nya. Tapi tunggu, kemana malaikat itu? kenapa dia tiba-tiba menghilang? Apakah tiada deretan waktu lagi yang bisa mempertemukanku dengannya? Ahh…ku hanya berangan-angan kosong.
Segera ku raih secarik kertas di meja belajarku. Kutuliskan puisi untuknya. Ku berharap ia hadir dalam bayangku. Agar kalbuku tersirami kekatanya yang menggugah.
Malaikat Kecil
Pesonamu indah
Hadirmu menyibak tabir hidupku
Auramu memancarkan cahaya iman
Membidik setiap sisi gelap hidupku
Bilakah aku bisa sepertimu?
Ahh…ku tak ingin bermain dalam gelap
Sebab gelap telah membutakanku
Buta dari manisnya iman
Ku butuh sinar-Mu
Percikannya menyambarku dari lisannya
Malaikat kecil…
Ku ingin kembali berdiri kokoh
Tegap
Menantang
Sepertimu malaikat kecil nan ajaib
______the end______
Walau waktu tak akan pernah kembali. Ku tahu ia akan terus bersinar untuk semua orang. Jika lisannya mampu mengubah warna hidupku. Sungguh di belahan bumi yang lain ia akan mendobrak pemikiran yang kian bercokol. Ia sirami dengan cahaya iman.
Hari-hari yang ku jalani terasa indah dan lebih berarti. Tak pernah kurasakan sebelumnya nikmat hidup yang seperti ini. Malaikat kecilku, dimanapun keberadaanmu tetaplah menjadi penerang.
Aku tak ingin mengulang benang kusut yang telah terurai olehmu. Sebab hidup adalah sebuah perjuangan, begitu tuturmu. Perjuangan menjemput kemuliaan, kemenangan, dan puncak kesejahteraan.
Aku ingin menjadi karang yang selalu tegar dihempas ombak. Aku ingin menjadi mawar yang tak mudah disentuh. Aku ingin menjadi kupu-kupu yang bertahan dan konsisten bermetamorfosis walau harus menunggu lama. Tapi perlahan aku memang akan menebar keindahan bagi semua. Aku akan menyebar benang sari bagi putik yang tak mampu bergerak. Aku akan menghiasi taman dengan kepakan sayap indahku. Begitulah hasil perjuanganku kelak mampu mewarnai dunia. (AL Khanza Demolisher)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar