Saat
ini, sosok wanita tidak lagi lekat dengan sifat pemalu, lemah lembut, penurut,
suka memasak, banyak anak, patuh pada suami, atau tidak banyak menuntut. Budaya
permisif telah mengubah para wanita menjadi pemberani. Berani menentang suami
atas nama keadilan dan kesetaraan gender, berani buka-bukaan aurat atas nama
eksistensi diri, tak malu membuka aib sendiri di hadapan banyak orang, bahkan
tak ragu membunuh janin dengan dalih menjaga kecantikan diri. Lalu, bagaimana
sosok wanita dalam Islam?
Para
muslimah saat ini semakin beragam kiprahnya. Tidak hanya di sektor domestik, di
kehidupan publik hampir pasti kita jumpai muslimah mengambil peran. Mulai dari
profesi guru, dokter, direktur, pengusaha, politisi, akuntan, dan lain
sebagainya. Bahkan profesi yang dulu hanya digeluti pria, juga dijamah wanita.
Contohnya saja pemain bola wanita, penarik becak wanita, tukang ojek wanita,
sopir taksi/busway wanita, pilot wanita, bahkan ada petinju wanita. Tak hanya
itu, ternyata para muslimah banyak yang terjerat oleh kasus penipuan, suap,
korupsi, peredaran narkoba, kasus KDRT, bahkan pembunuhan. Apakah ini kebangkitan
muslimah?
Kebangkitan
Semu
Dalam
satu dekade ini, kiprah muslimah memang semakin eksis. Apalagi busana muslimah
juga semakin diterima. Bahkan, Indonesia dijadikan kiblat fashion muslim dunia
2020. Komunitas muslimah menutup aurat pun semakin banyak. Namun kalau kita
cermati, sebenarnya hingga saat ini, muslimah tetap menjadi sasaran dari
propaganda Barat untuk menjelek-jelekkan Islam dan kaum muslim. Segala bentuk
identitas muslimah dipreteli, dan muslimah digiring untuk lebih mendekatkan
dirinya dalam pemikiran dan budaya Barat yang sekuler. Lalu mereka mencoba
untuk mengintegrasikan kehidupan Muslimah ke dalam peradaban Barat, seraya
membuat penafsiran tentang Islam dan tentang Muslimah menurut persepsi mereka.
Bisa jadi memang banyak muslimah yang menutup auratnya, namun hanya sekedar
mengikuti tren yang sedang berkembang. Kebangkitan muslimah yang dielu-elukan
masih merupakan kebangkitan semu. Banyak kita jumpai kasus-kasus penipuan,
korupsi, video mesum, bahkan pembunuhan dilakukan oleh wanita yang –maaf-
berkerudung. Kerudung hanya dijadikan kedok untuk melakukan kejahatan.
Lagi-lagi, pencitraburukan Islam.
Propaganda
Barat
Pada
tahun 2002, BBC dalam dokumenternya yang berjudul ‘Faith in Fashion’,
secara khusus membahas bagaimana seorang wanita bisa menjadi muslimah sekaligus
menjadi bagian dari lingkaran fashion seperti di masyarakat Barat dan memiliki
keinginan untuk mengadopsi gaya pakaian Barat yang sudah ‘di-Islamkan’
–bagaimanapun bentuknya! Karena itu, saat ini yang menjadi fokus perhatian
Barat ialah mendiskreditkan dan membuat batasan baru tentang pakaian muslimah,
serta penguatan konsep Barat tentang cara menetapkan apa yang benar dan apa
yang salah (menurut persepsi mereka).
Iklan-iklan
televisi Barat mempropagandakan slogan-slogan seperti “because I’m worth it”
(karena saya layak mendapatkannya), seolah-olah ingin mengatakan bahwa wanita
yang tidak menggunakan produk mereka berarti tidak menghargai dirinya sendiri.
Bukankah slogan ini juga telah merasuk ke jantung-jantung muslimah di negeri
ini (disadari atau tidak)? Karena itu, tidaklah mengejutkan jika
wanita-wanita muslimah –termasuk di negeri ini- menjadi semakin konsumtif,
obsesif, dan begitu sibuk mengurusi penampilannya, mengalahkan masalah-masalah
lain dalam kehidupannya.
Jadi
tidak heran kalau banyak kita jumpai muslimah berkerudung pelaku maksiat, getol
pacaran, bahkan menjadi pemeran utama video mesum dengan pacarnya. Hal ini
karena pola pikir muslimah justru semakin sekuler dan liberal. Atau fakta lain
kasus penipuan atau korupsi yang dilakukan oleh seorang muslimah. Mereka
melakukannya karena tergiur gaya hidup materialistis. Mereka gagal mengikatkan
dirinya kepada suatu perangkat nilai-nilai dalam Islam yang sesungguhnya.
Inilah buah nyata serangan pemikiran Barat. Inilah ancaman ideologi Kapitalisme
sekuler yang menjadikan materi dan kesenangan dunia sebagai orientasi akhirnya.
Bagaimana
Islam mengatasi segala permasalahan ini?
Kebangkitan
Muslimah Dalam Islam
Sejarah
mencatat nama-nama besar para muslimah semisal Sayyidah Khadijah binti
Khuwailid r.a., Sitti Fathimah Az-Zahra r.a., Asma binti Abu Bakar r.a.,
Sumayyah r.a., Ummu Habibah binti Abu Sufyan r.a., Lubabah binti al-Harits
al-Hilaliyah r.a., Fathimah binti al-Khaththab r.a., Ummu Jamil binti
al-Khaththab r.a., Ummu Syarik r.a., dan masih banyak lagi. Sejak bersentuhan
dengan Islam, keseharian mereka hanya dipersembahkan demi kemuliaan Islam.
Merekalah pelopor dan peletak dasar pilar-pilar pergerakan muslimah yang
hakiki, yang layak menjadi teladan pergerakan muslimah dari zaman ke zaman.
Bagaimana mereka mampu menjadi sosok-sosok tangguh sedemikian rupa? Hal ini
karena mereka memeluk Islam secara kaffah, sehingga memiliki kepribadian Islam:
pola pikir-pola sikap Islam. Berpegang teguh pada ajaran Islam, menjalankan
perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya (takwa).
Standar
mereka dalam menilai baik (khoir) dan buruk (syar) hanyalah
Islam. Mereka menjalankan ajaran Islam bukan berdasarkan suka atau tidak suka,
namun semata-mata hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Kebangkitan
hakiki yang mereka contohkan dapat diraih jika seorang muslimah memahami posisi
dan peran sesuai yang digariskan syariat Islam secara kaffah. Bukan menuntut
kebebasan seperti perempuan Barat.
Islamlah
yang harus menjadi standar perbuatan seorang muslimah, bukan budaya Barat yang
sangat bertentangan dengan keimanannya. Dengan Islam sebagai rujukan yang
melekat di kepalanya, terlepas dari tekanan atau realitas yang ada, seorang
muslimah justru akan terhormat, mulia dan meraih kebangkitan hakiki. Dan hanya
dengan sistem Negara Khilafah-lah, semua itu akan terwujud! Wallohu a’lam bi
as-showab.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar